Find Us On Social Media :

Kisah Kopi Luwak: Perbudakan Hindia Belanda yang Tak Sengaja Hasilkan Kopi Termahal di Dunia

By Afif Khoirul M, Kamis, 13 Juni 2024 | 15:15 WIB

Ilustrasi - Sejarah kopi luwak di Indonesia berasal dari zaman Hindia Belanda.

Intisari kini hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan artikel terbaru di sini

Intisari-online.com - Karena kehilangan hasil kerja mereka, para petani di Indonesia pada abad ke-19 menemukan cara inovatif untuk mendapatkan bagian yang adil dari biji kopi mereka di bawah pengawasan penjajah Belanda.

Tanpa sepengetahuan Belanda, musang asli Asia telah mencuri dan menyembunyikan banyak hasil panen. Makhluk licik mirip kucing itu melewati perkebunan mereka, para petani dengan cermat mengumpulkan biji-bijian dari tanaman berkafein ini.

Tanpa diduga kotoran mamalia menggemaskan ini. Melahirkan kopi yang dikenal dengan nama Kopi Luwak dan seabad kemudian dinobatkan sebagai salah satu produk kopi paling berharga di dunia Barat.

___________________________________________________________________

Pada abad ke-17, Indonesia, yang saat itu berada di bawah cengkeraman kolonial Belanda, berkembang menjadi salah satu penghasil kopi terkemuka di dunia.

Namun, kemakmuran ini dibayar mahal oleh petani lokal yang terpaksa menyerahkan tanah dan hasil panen mereka kepada pemerintah kolonial melalui sistem yang dikenal sebagai "Cultuurstelsel" atau Sistem Tanam Paksa.

Sistem ini memaksa petani untuk menanam tanaman ekspor seperti tebu, kopi, dan indigo untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa, sering kali dengan upah yang tidak adil dan kondisi kerja yang menyerupai perbudakan.

Di tengah penindasan ini, muncul cerita menarik tentang Luwak, hewan asli Indonesia yang tidak sengaja menjadi bagian dari narasi kopi Luwak, yang dikenal juga sebagai musang palem Asia, memiliki kebiasaan memakan buah kopi yang matang.

Proses pencernaan unik mereka memungkinkan biji kopi untuk keluar dari sistem pencernaan mereka dalam keadaan utuh, yang kemudian dikumpulkan oleh petani. Biji-biji ini, setelah dibersihkan dan disangrai, menghasilkan kopi dengan rasa yang lebih halus dan kurang asam, yang dikenal sebagai Kopi Luwak.

Kopi Luwak, yang pada awalnya merupakan cara bagi petani untuk menikmati hasil panen mereka tanpa menarik perhatian pemerintah kolonial, walau akhirnya menarik perhatian Belanda.

Mereka menyadari bahwa kopi yang dihasilkan melalui proses alami ini memiliki kualitas yang lebih tinggi daripada metode fermentasi tradisional. Seiring waktu, permintaan untuk Kopi Luwak meningkat, terutama di kalangan elit Eropa, yang bersedia membayar harga premium untuk rasa yang unik ini.