Find Us On Social Media :

Letusan Gunung di Indonesia Disebut Jadi Penentu Nasib Napoleon Bonaparte

By Afif Khoirul M, Senin, 10 Juni 2024 | 12:45 WIB

Letusan gunung berapi di Indonesia diduga menjadi penyebab kekalahan Napoleon Bonaparte.

Saat ini Intisari sudah hadir di WhatsApp Channel, follow di sini dan dapatkan artikel-artikel terbaru kami

Intisari-online.com -  Selama dua bulan sebelum kekalahan bersejarah Napoleon Bonaparte di pertempuran Waterloo, letusan gunung berapi di Indonesia menyebabkan hujan lebat di Eropa yang segera berhasil menjatuhkannya.

Konon letusan gunung berani yang disebut paling dasyat dalam sejarah tersebut telah menjadi penyebab utama kekalahan kaisar Napoleon di Inggris.

_____________________________________________________________________

Pada tahun 1815, nasib Kaisar Napoleon Bonaparte berubah drastis setelah kekalahannya di Pertempuran Waterloo, yang mana selama ini penyebabnya dikarenakan dari kondisi cuaca yang buruk di Inggris.

Namun, penelitian terkini yang diterbitkan oleh The Geological Society of America pada 21 Agustus 2018 menawarkan perspektif baru.

Menurut penelitian tersebut, letusan Gunung Tambora di Indonesia, yang terjadi dua bulan sebelum pertempuran, mungkin telah memainkan peran penting dalam mengubah kondisi cuaca di setengah bagian dunia, termasuk Inggris, kemudian berdampak hingga satu tahun setelah kejatuhan Napoleon, dengan demikian mengubah arah sejarah.

Pada malam yang menentukan sebelum pertempuran Waterloo, hujan lebat mengguyur wilayah tersebut, memaksa Napoleon untuk menunda serangan yang direncanakan. Kekhawatiran akan laju pasukan yang terhambat oleh lumpur menjadi alasan penundaan tersebut.

Namun, keputusan ini memberikan waktu bagi pasukan Prusia untuk bergabung dengan sekutu Inggris, yang pada akhirnya memainkan peran kunci dalam kekalahan Prancis. Akibatnya, Napoleon kehilangan 25.000 tentaranya dan terpaksa turun tahta, menghabiskan sisa hidupnya dalam pengasingan di Saint Helena.

Peristiwa ini mungkin tidak akan terjadi jika bukan karena letusan Gunung Tambora, yang dianggap sebagai salah satu letusan terbesar dalam sejarah. Letusan tersebut terdengar hingga 1.600 mil dan menyebarkan abu hingga 800 mil dari sumbernya, menyelimuti area seluas 350 mil dalam kegelapan total selama dua hari.

Profesor Matthew Genge dari Imperial College London berpendapat bahwa letusan tersebut menghasilkan abu vulkanik dalam jumlah besar yang berpotensi mempengaruhi cuaca di Eropa. Abu tersebut, menurutnya, dapat mengganggu arus listrik di ionosfer, yang merupakan lapisan atas atmosfer tempat awan terbentuk.

Penelitian Dr. Genge menantang anggapan sebelumnya bahwa abu vulkanik tidak bisa mencapai lapisan atmosfer ini, dengan menyatakan bahwa abu bermuatan listrik dapat bertahan di atmosfer dengan menolak gaya listrik negatif.