Find Us On Social Media :

Ketika Soeharto Berhasil Menuntaskan Masalah Kemiskinan dan Pangan Pada Awal Pemerintahan

By Afif Khoirul M, Jumat, 7 Juni 2024 | 07:15 WIB

Kebijakan Soeharto menuntaskan masalah pangan bagi rakyat Indonesia.

Saat ini Intisari hadir di WhatsApp Channel, langsung follow kami di sini

Intisari-online.com - Setelah membebaskan diri dari penjajahan Belanda, Indonesia mengalami periode turbulensi. Soekarno, sebagai presiden pertama, memproklamirkan era demokrasi terpimpin.

Langkah-langkahnya termasuk pembubaran parlemen dan partai-partai politik, dengan pengecualian partai komunis yang menjadi sekutu utamanya. Dia juga mengimplementasikan keadaan darurat militer dan menetapkan dirinya sebagai presiden seumur hidup.

Mengutip Forbes, Soekarno berpendapat bahwa setiap negara memerlukan musuh dan menunjuk Belanda, Amerika Serikat, dan Malaysia sebagai lawan.

Di dalam negeri, Soekarno juga menghadapi banyak tantangan. Dia menyita aset dari 246 pengusaha Belanda dan menargetkan pengusaha Tionghoa yang dinamis. Ekonomi pun merosot tajam. Pada tahun 1964, inflasi melonjak melebihi 500%, harga beras melambung hingga 900%, dan pengeluaran pemerintah melipatgandakan pendapatan.

Dalam upaya untuk memperbaiki keadaan, Soekarno pada tahun 1965 mencoba membentuk aliansi Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Beijing-Pyongyang, mengandalkan dukungan dari Mao Zedong dan Kim Il Sung. Namun, situasi domestik semakin memanas. Pada 30 September 1965, sekelompok komunis dan perwira militer yang mendukung presiden membunuh enam perwira tinggi dan berusaha mengambil alih kekuasaan.

Soeharto, yang tidak dianggap sebagai ancaman oleh pemberontak, bertindak cepat dan menumpas pemberontakan tersebut. Konflik berdarah pun terjadi, dengan tentara dan sukarelawan membunuh atau menangkap banyak komunis dan simpatisannya.

Estimasi korban jiwa mencapai setengah juta orang, namun tidak ada investigasi independen yang mengkonfirmasi perintah pembunuhan dari Soeharto.

Saat itu kemudian Soeharto, di bawah tekanan rekan-rekan militernya, akhirnya setuju untuk menjadi presiden sementara dan secara resmi diangkat oleh parlemen pada Maret 1968.

Soeharto mengingat, seperempat abad kemudian, bahwa ia menolak untuk mengambil kekuasaan secara paksa karena tidak ingin meninggalkan warisan kudeta militer.

Demi menjaga kesatuan bangsa yang terdiri dari ratusan suku dan tersebar di ribuan pulau, Soeharto tidak menentang Sukarno secara terbuka. Ia mempertahankan ideologi Pancasila yang diperkenalkan oleh Sukarno sebagai dasar negara.

Baca Juga: Kisah Sisa-Sisa Tentara Jepang di Taman Makam Pahlawan Indonesia