Find Us On Social Media :

Haji Snouck Hurgronje: Secara Lahiriah Saya Adalah Seorang Muslim

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 6 Juni 2024 | 16:06 WIB

Snouck Hurgronje

Jeddah, 16 Januari 1885. Di hadapan kadi dan dua saksi, seorang kulit putih dengan khidmat dan fasih mengucapkan dua kalimat syahadat, "Asyhadu an la ilaha illa allah, wa asyhadu anna muhammadan rasulullah". Resmi sudah dia menjadi seorang Muslim. Namanya pun diganti menjadi Abdul Gaffar.

----------------------------------------------------------------------

Saat ini Intisari hadir di WhatsApp Channel, langsung follow kami di sini

----------------------------------------------------------------------

Intisari-Online.com - Lelaki ramping dengan jidat lebar, kumis-janggut dan sepasang mata tajam itu adalah Christian Snouck Hurgronje, ahli sastra Arab Belanda yang kelak di kemudian hari dikenal sebagai salah satu tokoh yang paling kontroversial di atas panggung sejarah kolonial kita.

Pada 11 Mei 1889, dia mendarat di Batavia untuk memulai kariernya sebagai penasihat pemerintah kolonial dalam urusan pribumi, khususnya dalam urusan Islam. Boleh dibilang, Snouck-lah arsitek dari segala kebijakan terkait Islam pemerintah Hindia Belanda.

Petualang akbar

Dia masuk Islam. Ini sebuah kenyataan, sebagaimana yang tercatat dalam buku hariannya. Tapi apakah dia benar-benar meyakini Islam, hanya Tuhan yang tahu. Yang jelas, selama hampir setahun tinggal di Jeddah dan Mekkah, serta 17 tahun di Hindia Belanda, sulit menganggapnya bukan seorang Islam.

Dia dikhitan, naik haji, berzakat, taat melakukan salat, juga berpuasa. Semua kewajiban berat, yang hampir mustahil dilakukan hanya untuk sekadar berpura-pura. Anehnya, dalam surat kepada rekannya, seorang islamolog Jerman, Snouck pernah menulis bahwa dia hanya sekadar melakukan izhar al-Islam, bersikap lahiriah Islam. Dengan kata lain, apakah batinnya tidak Islam?

Tak hanya keislaman Snouck yang tidak jelas. Iman Kristen-nya juga sering diragukan. Soalnya, setelah menginjak dewasa ia juga tak pernah menunjukkan tanda-tanda sebagai pengikut Kristus yang taat.

Tak ada seorang pun yang menuntutnya berkelana jauh sampai ke Arab. Waktu itu, 1884, sebenarnya kedudukannya sudah lumayan sebagai dosen muda di Universitas Leiden. Namun, Snouck ingin sekali mempelajari kebudayaan dan bahasa Arab di negeri asalnya. Sesuatu yang sebelumnya hanya dia kenal lewat sumber-sumber tertulis.