Find Us On Social Media :

Pers Asing Sebut Kesaktian Soeharto Mulai Luntur Sejak Kematian Istrinya

By Afif Khoirul M, Rabu, 5 Juni 2024 | 16:15 WIB

Kesaktian Soeharto dinilai mulai luntur sejak kematian istrinya.

Intisari-online.com - Tak dipungkiri bahwa Soeharto adalah sosok mantan Presiden Indonesia yang berada di tampuk kekuasaan selama 32 tahun. Beberapa menyebutnya adalah seorang Raja Jawa.

Hal ini persis dengan kehidupan masa lalu The Smilling General yang tak jauh-jauh dari kehidupan masa lalunya yang tak jauh dari sisi klenik, dan tradisi mistik Jawa.

Sehingga tak mengherankan, bahwa kerap kali Soeharto disebut-sebut sebagai Presiden dengan gaya kepemimpinan yang menasbihkan dirinya sebagai Raja Jawa.

________________________________________________________

Soeharto yang berada di tampuk kekuasaan selama 32 tahun dianggap sebagai orang yang sangat spititual. Seorang Islam yang memegang kepercayaan mistik jawa, dikenal dengan istilah Kejawen.

The New York Times, menyatakan bahwa selama beberapa dekade banyak cendikiawan meyakini Soeharto memiliki peran bak ditahbiskan oleh Tuhan, seperti Raja-Raja Jawa pada masa lalu.

Sementara sebagian besar warga Indonesia, menginginkan dirinya sekadar sebagai presiden, atau mantan presiden ketika lengser dari jabatannya. Beberapa kalangan elit di Jakarta percaya bahwa persepsi Suharto tentang perannya, dan kepercayaannya pada dasar Tuhan, yang membantu menjelaskan tekadnya untuk tetap menjabat. 

"Semakin besar tantangan yang dihadapinya, semakin besar keinginannya untuk tetap bertahan," kata seorang pejabat senior Pemerintah.

"Dia melihat dirinya sebagai raja Jawa, dan raja Jawa tidak membagi kekuasaan," sambungnya.

Kondisi ini memunculkan, konfrontasi ini tidak hanya terjadi antara Presiden dan rakyatnya, namun juga antara masa lalu Asia dan masa depan Asia.

Ketika Soeharto merebut kekuasaan pada tahun 1966, Indonesia adalah negara dengan petani yang tidak berpendidikan, dan pendapatan per kapita tahunannya adalah 70 dollar AS.

Saat itu, wajar jika banyak orang menganggap pemimpin baru mereka dalam kerangka tradisional sebagai penguasa dengan wahyu. Sebuah istilah yang sulit diterjemahkan tetapi mengacu pada keridhaan para dewa atau menunjukkan amanat ilahi.