Penulis
Intisari-online.com - Nasionalisme di era Orde Baru (1967-1998) memiliki ciri khas yang berbeda dari era sebelumnya.
Dibandingkan dengan semangat nasionalisme di era perjuangan kemerdekaan dan awal kemerdekaan yang lebih inklusif dan terbuka, nasionalisme era Orde Baru lebih berorientasi pada negara (state-oriented).
1. Penekanan pada Persatuan dan Kesatuan
Pemerintah Orde Baru menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa di atas segala perbedaan.
Hal ini dilakukan melalui berbagai program dan kebijakan, seperti penataran P4 (Pedoman, Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), penanaman nilai-nilai nasionalisme melalui pendidikan formal dan non-formal, serta pembatasan terhadap organisasi dan kegiatan yang dianggap 'merongrong' persatuan bangsa.
2. Sentralisasi Kekuasaan
Kekuasaan di era Orde Baru terpusat pada pemerintah pusat, dengan peran yang dominan dari Presiden Soeharto.
Hal ini membatasi ruang bagi partisipasi politik masyarakat dan otonomi daerah.
3. Penggunaan Simbol-simbol Nasional
Pemerintah Orde Baru gencar menggunakan simbol-simbol nasional seperti bendera Merah Putih, Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan "Indonesia Raya" untuk menumbuhkan semangat nasionalisme.
Baca Juga: Apa Dampak Pelaksanaan Sistem Sentralisasi dalam Pemerintahan Orde Baru?
Simbol-simbol ini diwajibkan untuk digunakan dalam berbagai kegiatan dan upacara resmi.
4. Penekanan pada Pembangunan Nasional
Pemerintah Orde Baru memprioritaskan pembangunan nasional di berbagai bidang, seperti ekonomi, infrastruktur, dan pendidikan.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional.
5. Kontrol Media dan Informasi
Pemerintah Orde Baru melakukan kontrol ketat terhadap media massa dan informasi.
Hal ini dilakukan untuk membatasi penyebaran informasi yang dianggap 'tidak sesuai' dengan ideologi negara.
Dampak Nasionalisme State-Oriented
Nasionalisme state-oriented di era Orde Baru memiliki dampak positif dan negatif.
Di satu sisi, nasionalisme ini berhasil mempersatukan bangsa dan memajukan pembangunan nasional.
Di bawah kepemimpinan Soeharto, Indonesia mengalami stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Baca Juga: Berikut Ini Yang Tidak Termasuk Ciri Kebudayaan Bermasyarakat Dan Berbangsa Pada Masa Orde Baru
Namun, di sisi lain, nasionalisme state-oriented ini juga membatasi ruang bagi demokrasi dan kebebasan sipil.
Suara-suara kritis terhadap pemerintah sering kali dibungkam, dan terjadi pelanggaran hak asasi manusia.
Kesimpulan
Nasionalisme era Orde Baru merupakan fenomena yang kompleks dengan berbagai dampak.
Memahami karakteristik nasionalisme state-oriented di era ini penting untuk memahami sejarah Indonesia dan perkembangannya hingga saat ini.
Demikianlah pemahamannasionalisme era Orde Baru lebih berorientasi pada negara (state-oriented).