Find Us On Social Media :

Kisah Sopir yang Jujur

By K. Tatik Wardayati, Senin, 12 Oktober 2015 | 18:50 WIB

Kisah Sopir yang Jujur

Sopir itu tetap diam dan tidak pernah menjawab. Saya benar-benar terkejut dengan perilakunya dan meminta teman saya untuk tidak memaksanya lagi.

Dalam waktu 15 menit kemudian, kami sampai di rumah kami. Kami membayar ongkos dan sopir bajaj itu mengucapkan terima kasih. Namun, saya masih ingin tahu apa alasannya menolak untuk minum teh bersama kami.

Sopir bajaj itu berpikir sejenak dan menjawab, “Pak, anak saya meninggal siang tadi dalam sebuah kecelakaan. Saya tidak punya cukup uang  untuk pemakamannya. Jadi saya berjanji untuk tidak minum bahkan air, hingga saya mendapatkan cukup uang untuk pemakaman anak saya. Itu sebabnya saya tidak minum teh ketika Anda menawarkan. Tolong, jangan salah paham.”

Kami berdua merasa hancur mendengarnya dan menawarkan lebih banyak uang untuk pemakaman anaknya.

“Silakan ambil ini,” kata saya sambil menyodorkan beberapa lembar  uang.

Dengan sopan sopir bajaj itu menolak, “Terima kasih Pak untuk kemurahan hati Anda. Dalam satu atau dua jam, jika saya mendapatkan satu atau dua lebih banyak pelanggan, saya akan mendapatkan uang yang cukup saya butuhkan." Dan ia pergi meninggalkan tempat kami.

Sopir itu bisa saja mengenakan  tarif beberapa kali lipat kepada kami karena hujan yang menghalangi kami. Namun, ia hanya memberlakukan tarif biasa. Meksipun kondisi keuangannya yang sedang tidak baik, kesedihan yang mendalam, sopir bajaj itu tetap jujur pada kata-katanya.

Jujur kepada siapapun, karena kejujuran adalah kebijakan yang tepat.