Padahal Sudah Ditolong Jadi Raja, Cucu Sultan Agung Ini Berbalik Membenci Belanda, Gegara Benda Keramat Ini?

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Amangkurat II disebut berada di balik kematian perwira VOC Belanda Kapten Tack. Padahal sebelumnya dia pernah minta tolong kepada Belanda.

Intisari-Online.com -Tak bisa dipungkiri, naiknya Amangkurat II sebagai raja Mataram Islam tak bisa dilepaskan dari peran Belanda.

Bagaimanapun juga, berkat bantuan Belanda dia bisa mengalahkan pemberontakan Trunojoyo.

Berkat Belanda juga dia bisa mengamankan takhta Mataram dari tangan adiknya, Pangeran Puger, yang kelak bergerak Pakubuwono I.

Tapi, hubungan cucu Sultan Agung itu tak selama baik-baik saja dengan Belanda.

Ada beberapa alasan, mulai dipengaruhi oleh orang-orang di sekitar Amangkurat II hingga faktor lain.

Termasuk mahkota emas Majapahit dari Kapten Tack yang justru tewas karena taktik Amangkurat II.

Mahkota Majapahit itu didapatkan Kapten Tack saat penyerbuan ke Kediri.

Mahkota itu kemudian diberikan kepada penguasa Mataram, tapi tidak dengan gratisan.

Sebagai gantinya, Amangkurat II harus membayar 1.000 ringgit untuk menebus mahkota tersebut.

Mahkota itu kemudian dikenakan oleh Amangkurat II sebagia simbol bahwa kondisi Mataram sudah pulih seiring berhasil ditumpasnya Pemberontakan Trunojoyo.

Selain itu, Pakubuwono I, yang sempat mengklaim takhta Mataram setelah mangkatnya Amangkurat I, juga berhasil disingkirkan.

Tak hanya itu, Raden Kajoran Ambalik yang membantu pemberontakan Trunojoyo juga telah dibunuh oleh Belanda saatpenyerbuan Trunojoyo pada 1679.

Dengan begitu, Belanda, dalam hal ini direpresentasikan oleh Jacobus Couper, akhirnya meninggalkan Kartasura, ibukota Mataram yang baru, pada 1682.

Di keraton baru, Amangkurat II kembali menghidupkan kemeriahan ala Mataram.

Mulai dari adu ketangkasan dengan macan hingga beragam pesta lainnya pun tak ketinggalan.

Di luar itu, Amangkurat II dikenal sebagai sosok yang lemah pendirian.

Tak heran bila sejarawan Belanda H.J. De Graaf memberi gambaran seperti ini dalam bukunya:

"Ia seorang yang lemah dan tak punya kemampuan, sombong dan kekanak-kanakan, pengecut, kadang-kadang picik dan keras kepala. Sosoknya tubuhnya yang tambun mengesankan tiada kewibawaan."

Dan heran juga jika Amangkurat II yang awalnya dekat dengan Belanda pada akhirnya membelot, terutama setelah mendapat pengaruh dari Patih Nerangkusuma.

Karena pengaruhnya juga dia akhirnya tidak mau menepati janjinya kepada Kapten Tack soal mahkota Majapahit.

Amangkurat II juga disebut berada di balik kematian Kapten Tack yang datang ke Kartasura dalam misi menangkap buron Belanda, Untung Suropati.

Amangkurat II juga disebut menolakmenanggung biaya pemburuan Trunojoyo yang dilakukan oleh Kompeni.

Tapi setelah terus ditagih, dia akhirnya mau menyicilnya sedikit demi sedikit.

Patih Nerangkusuma adalah orang yang begitu membenci Belanda.

Dan kebenciannya itu dia tularkan kepada Amangkurat II sehingga dia mau melindungi Untung Suropati yang menjadi buron Belanda.

Meski begitu, Amangkurat II tetaplah Amangkurat II yang lemah pendirian, di mana di akhir hayatnya dia kembali menjalin hubungan dengan Belanda.

Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News

Artikel Terkait