Campur Tangan Belanda Hingga Perselisihan Antarpewaris Takhta, Ternyata Ini Penyebab Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Islam, semoga bermanfaat untuk para pembaca

Intisari-Online.com -Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Islam.

Di antaranya adalah campur tangan Belanda bingga perebutan takhta antarpewaris kerajaan.

Artikel ini akan membahas satu per satu permasalahan tersebut.

Menurut beberapa sumber, puncak kejayaan Kerajaan Mataram Islam terjadi di masa pemerientahan Sultan Agung (1613-1645 M).

Pada masa keemasannya, wilayah kekuasaan kerajaan ini membentang hampir mencakup seluruh tanah Jawa.

Tapi setelah Sultan Agung wafat, Kerajaan Mataram Islam perlahan mulai mengalami kemunduran hingga akhirnya runtuh pada 1755 M.

Kemunduran sosial ekonomi

Sultan Agung dikenal sebagia raja yang sangat anti terhadap Belanda.

Hal itu dia buktikan dengan serangannya terhadap markas VOC di Batavia sebanyak dua kali.

Meskipun dua serangan itu mengalami kegagalan.

Akibat kekalahan tersebut, keadaan ekonomi rakyat Kerajaan Mataram Islam menjadi susah dan menurun karena sebagian masyarakatnya dipaksa berangkat berperang.

Setelah periode Sultan Agung, Kerajaan Mataram Islam semakin banyak menghadapi peperangan.

Hal ini membuat bidang ekonominya kian merosot dan penurunan penduduk di pedalaman tidak dapat dihindari.

Selain harus bertahan hidup di tengah kemiskinan dan kelaparan, masyarakatnya juga menghadapi kegelisahan sosial.

Pasalnya, kemunduran dalam bidang ekonomi membuat kriminalitas semakin merajalela dan banyak orang telah kehilangan akal.

Banyak negeri taklukan yang melepaskan diri

Saat menduduki takhta, Sultan Agung berambisi menyatukan tanah Jawa di bawah kekuasaan Mataram.

Usaha ekspansi dan perebutan hegemoni politik di Jawa yang dilakukan para sultan setelahnya ternyata justru membuat kondisi sosial dan ekonomi penduduk mengalami kemunduran.

Akibatnya, timbul ketegangan politik di dalam kerajaan ataupun wilayah taklukan Mataram, hingga memunculkan gerakan disintergrasi.

Gerakan pemisahan diri yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan kecil taklukan Mataram pun tidak bisa diatasi oleh para pengganti Sultan Agung.

Campur tangan Belanda

Berbeda dengan sikap Sultan Agung, para sultan penggantinya memberi izin Belanda untuk ikut campur masalah kerajaan.

Hal ini dilakukan karena mereka tidak siap memperbaiki kondisi sosial ekonomi rakyat dan menghadapi gerakan disintegrasi negeri taklukannya.

Untuk mengatasi pemberontakan daerah, pewaris Sultan Agung, yakni Amangkurat I, dan para pengganti setelahnya, memilih bekerjasama dengan VOC.

Tentunya kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik oleh Belanda, yang memang berambisi untuk menguasai tanah Jawa.

Sejak itu, Mataram dan VOC selalu terlibat dalam perjanjian yang sangat merugikan pihak kerajaan.

Perselisihan antara pewaris takhta

Masuknya pengaruh Belanda menimbulkan perselisihan antara pewaris takhta Mataram.

Hal ini semakin dimanfaatkan oleh Belanda untuk melemahkan Kerajaan Mataram Islam.

Melalui taktik politiknya, Belanda berhasil memecah belah keluarga kerajaan hingga timbul banyak pergolakan.

Perselisihan antara kerabat kerajaan kemudian diakhiri dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755.

Dalam kesepakatan tersebut, Kesultanan Mataram dibagi menjadi dua kekuasaan, yaitu Nagari Kasultanan Ngayogyakarta dan Nagari Kasunanan Surakarta.

Kasultanan Ngayogyakarta diserahkan kepada Hamengkubuwono I, sementara Kasunanan Surakarta dipimpin oleh Pakubuwono III.

Dipecahnya kerajaan menjadi dua kekuasaan ini secara praktis mengakhiri riwayat Kesultanan Mataram.

Itulah artikel tentangpenyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Islam, semoga bermanfaat untuk para pembaca sekalian.

Dapatkan artikel terupdate dari Intisari-Online.com di Google News

Artikel Terkait