Inilah Dua Anak Harun Ar-Rasyid Yang Saling Memperebutkan Takhta Dinasti Abbasiyah Dalam Perang Saudara Islam IV

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Dua anak Harun Ar-Rasyid yang saling memperebutkan takhta Dinasti Abbasiyah adalah Al-Amin dan Al-Ma'mun.

Intisari-Online.com -Setelah kematian Harun Ar-Rasyid, sempat terjadi perebutan takhta terkait siapa yang menggantikan sang khalifah.

Dua anak Harun Ar-Rasyid yang saling memperebutkan takhta Dinasti Abbasiyah adalah Al-Amin dan Al-Ma'mun.

Perebutan takhta Dinasti Abbasiyah ini kerap disebut sebagai Perang Saudara Islam Keempat atau Fitnah Keempat atau Perang Saudara Abbasiyah Besar.

Seperti disinggung di awal, perang saudara ini adalah bagian darikonflik antara dua anak Harun Ar-Rasyid.

Mereka adalah Al-Amin dan Al-Ma'mun.

Sebelumnya, Ar-Rasyid sendiri telah menunjuk Al-Amin sebagai penerus takhta yang pertama.

Meski begitu, khalifah terbesar Abbasiyah itu juga menyebut Al-Ma'mun sebagai penerusnya yang kedua.

Hal itu dia perkuat dengan diberikannya wilayah Khorasan sebagai sebuah apanase.

Masih ada putra ketiga Ar-Rasyid, yaitu Al-Qasim, yang juga disebut sebagai penerus takhta ketiga.

Tak lama setelah Ar-Rasyid meninggal pada 809, takhta dipegang oleh Al-Amin yang berkedudukan di Baghdad.

Dalam waktu singkat, dia mencoba menghapus status otonom Khorasan, sementara Al-Qasim dia kesampingkan.

Al-Ma'mun pun tak tinggal diam.

Dia kemudian mencari dukungan dari para elite di Khorasan dangerakan untuk menegaskan status otonomnya.

Kondisi itu membuat hubungan dua anak Ar-Rasyid itu retak.

Al-Amin punmendeklarasikan putranya, Musa, sebagai pewaris takhta dan mulai mengumpulkan pasukan.

Lalu pada 811,pasukan Al-Amin bergerak menuju Khorasan.

Tapi kampanye itu berhasil digagalkan oleh Thahir bin Husain, jenderal kepercayaan Al-Ma'mun.

Thahir berhasil mengalahkan pasukan Al-Amin dalamPertempuran Rayy.

Kondisi menguntungkan untuk membuat pasukan Thahir merangsek ke Irak dan berhasil mengepung Baghdad.

Setelah dua tahu, Baghdad akhirnya berhasil ditaklukkan oleh pasukan Al-Ma'mun sementara Al-Amin dieksekusi.

Al-Ma'mun menjadi Khalifah selanjutnya.

Alih-alih Baghdad, Al-Ma'mun lebih memilih Khorasan sebagai pusat pemerintahan Daulah Abbasiyah.

Walau sudah berakhir, tapi imbas dari perang saudara itu berbuntut panjang.

Imbasnya, mulai muncul kekosongan kekuasaan di provinsi-provinsi kekhalifahan, dan beberapa penguasa lokal bermunculan di Jazira, Suriah dan Mesir.

Tak hanya itu,kebijakan Al-Ma'mun yang cenderung pro-Khorasan dan dukungan Al-Ma'mun atas suksesi Alawiyin dalam pribadi Ali ar-Ridha semakin mengasingkan dan memarjinalisasi kaum-kaum elite Baghdad tradisional.

Karena itulahpaman Al-Ma'mun, Ibrahim, diproklamasikan sebagai khalifah baru di Baghdad pada tahun 817.

Kondisi itu mau tak mau membautAl-Ma'mun harus turun tangan.

Ketua menteri kepercayaan Al-Ma'mun, Al-Fadl bin Sahal dibunuh atas perintahnya untuk mengurangi pengaruh kekuasaan dari diri Al-Fadl.

Dan karena gejolak itulahAl-Ma'mun akhirnya memutuskan meninggalkan Khorasan dan mengontrol kekuasaan dari Baghdad pada 819.

Tahun-tahun berikutnya, Al Ma'mun mulai melakukan konsolidasi kekuasaan dan penggabungan kembali provinsi-provinsi barat untuk melawan pemberontak lokal.

Proses itu ternyata memakan waktu yang sangat lama, hinggatercapainya perdamaian di Mesir pada 827.

Begitulah, duaanak Harun Ar-Rasyid yang saling memperebutkan takhta Dinasti Abbasiyah adalah Al-Amin dan Al-Ma'mun. Semoga bermanfaat.

Artikel Terkait