Penulis
Ibnu Sina, Ilmuwan Pada Masa Dinasti Abbasiyah Yang Karyanya Jadi Rujukan Mahasiswa Kedokteran Di Seluruh Dunia
Intisari-Online.com -Ia adalahadalah seorang ilmuwan pada masa Dinasti Abbasiyah.
Ia dikenal sebagai seorang dokter.
Karya bukunya yang berjudul "al-Qanun fi al-Ṭibb" dijadikan sebagai teori dasar kedokteran yang dipelajari oleh mahasiswa kedokteran di seluruh dunia.
Sosok yang dimaksudkan pada narasi itu adalah Ibnu Sina.
Inilah profil lengkap sang bapak dokter dunia.
Nama lengkapnya adalahAbu Ali Al Hussain Ibnu Abdullah Ibnu Sina.
Dia merupakan seorang dokter Persia terkemuka, yang menjadi filsuf muslim serta perintis Ilmu kedokteran dunia.
Ibnu Sina lahir pada980 di Bukhara, di Uzbekistan.
Kariernya moncer setelahmendapatkan dukungan dari kerajaan setelah mengobati Raja Bukhara dan Hamadan (Iran saat ini).
Pria yang di dunia Barat dikenal sebagai Avicenna ini dikenal sebagai ahli diagnosis.
Diamengasah keterampilannya yang luar biasa di bidang-bidang yang diabaikan oleh orang lain.
Dia menggabungkan pengetahuan ilmiahnya dengan pertanyaan filosofis, yang dirinci dalam studinya, "Al Qanun fil-Tibb" (The Canon of Medicine) dan "Kitab Al Shifa ”(Kitab Penyembuhan).
Penyelidikan filosofisnya kompleks, menggabungkan perspektif Aristotelian dan Platonis, dengan teologi Muslim.
Paradigmanya canggih, membagi semua pengetahuan menjadi teori (matematika, fisika, kimia, astronomi dan metafisika) dan ilmu praktis (filsafat, etika, ekonomi dan politik).
Sementara pandangan rasionalnya tentang hakikat Tuhan dan Kehidupan, membuatnya menyimpulkan bahwa ada tempat untuk dunia jasmani dan roh.
Karya pemikirannya dikagumi di seluruh dunia.
Paling mencolok salah satunya penghormatan untuknya terlihat di aula utama Fakultas Kedokteran Universitas Paris.
Sementara makamnya di Hamadan, tempat dia meninggal pada 1037, menjadi obyek wisata yang populer.
Ibnu Sina berusia 13 tahun ketika dia memulai mempelajari ilmu medis, dan dengan cepat mendapatkan reputasi yang baik.
Tak berselang lama dia lalu mendedikasikan semua usahanya untuk belajar kedokteran.
Status sebagai seorang dokter terkenal bahkan sudah diraihnya saat usianya masih 18 tahun.
Dalam periode itu dia berhasil menyembuhkan Nuh Ibnu Mansour, Penguasa Samanids.
Padahal semua tabib terkemuka saat itu sudah putus asa menangani penyakit Sultan Nuh II.
Atas usahanya yang besar, tabib muda ini diperbolehkan mengakses perpustakaan sultan yang luas dan berisi manuskrip-manuskrip langka.
Perpustakaan itu kemudian dia gunakan untuk memfasilitasi penelitiannya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal dunia.
Dia kemudian memutuskan pindah ke Jurjan dekat Laut Kaspia dan mengajar tentang logika serta astronomi.
Setelah itu Ibnu Sina pergi keRey dan Hamadan, keduanya masuk wilayah Iran sekarang.
Menulis dan mengajar karya-karyanya menjadi kegiatan utama bagi Ibnu Sina ketika itu.
Dari Hamadan, dia pindah ke Isfahan, dan menyelesaikan tulisan-tulisan epiknya di sana.
Tapi akibat terus melakukan perjalanan, di mana dia terlalu banyak mengerahkan tenaga mental, dan diperburuk oleh kekacauan politik, kesehatannya ambruk.
Satu dekade terakhir dalam hidupnya, Ibnu Sina menghabiskan waktu untuk melayani seorang komandan militer Ala al-Dawla Muhammad.
Selain sebagai dokter, sastrawan umum, dan konsultan ilmiah, dia juga membantu selama komandan itu ikut dalam kampanye.
Ibnu Sina meninggal pada Juni 1037, pada usia 58 tahun dan dimakamkan di Hamedan, Iran.
Kontribusi Ibnu Sina yang paling penting bagi ilmu kedokteran adalah bukunya yang terkenal Al Qanun Fi Al-Tibb (The Canon of Medicine).
Orang-orang Barat menyebut kitab itu sebagai Kanon saja.
Buku ini adalah ensiklopedia kedokteran lima jilid besar.
Isinya mencakup lebih dari satu juta kata.
Di dalamnya terdapat pengetahuan medis yang tersedia dari sumber-sumber kuno dan sumber-sumber muslim.
Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dan digunakan sebagai teks kedokteran standar di universitas-universitas Eropa hingga pertengahan abad 17.
Karya besarnya yang lain adalah "The Book of Healing", ensiklopedia ilmiah dan filosofis.
Buku ini dimaksudkan untuk 'menyembuhkan' jiwa. Itu dibagi menjadi empat bagian: logika, ilmu alam, matematika dan metafisika.
Dalam teks medisnya, Ibnu Sina juga mengidentifikasi penyakit menular seperti TBC.
Beberapa abad sebelum Louis Pasteur, dia juga menemukan kemungkinan penyakit menyebar melalui air dan tanah.
Dia bahkan menyelidiki kesehatan emosional seseorang, jauh sebelum teknik biofeedback diperkenalkan.
Kontribusi lainnya antara lain deskripsi meningitis, berbagai bagian mata dan katup jantung, dan bagaimana saraf berkontribusi pada nyeri otot.
Kemajuan yang dibuat dalam bidang anatomi, ginekologi, dan pediatri begitu canggih.
Alhasil, bukunya segera menjadi buku teks utama yang digunakan di sekolah kedokteran Eropa hingga abad ke-17.
Dalam bukunya, dia mengembangkan sistem logikanya sendiri, logika Avicennian.
Dalam matematika, Ibnu Sina menjelaskan tentang konsep aritmatika.
Sementara dalam astronomi, dia mengusulkan bahwa Venus lebih dekat ke Matahari daripada Bumi.
Dia juga menemukan alat untuk mengamati koordinat bintang, dan menyatakan bintang-bintang itu bercahaya sendiri.
Secara total, Avicenna menulis lebih dari 400 karya, dan sekitar 240 di antaranya masih bertahan hingga kini.
Apa yang dicapai oleh Ibnu Sina harus mendapat apresiasi setinggi mungkin.
Konsepsinya tentang realitas dan penalaran yang dia miliki berputar di sekitar Tuhan.
Sebagai prinsip dari semua eksistensi, dia berpandangan bahwa Tuhan adalah intelektual murni, dan sumber dari segala sesuatu.
Tapi karena “kebutuhan”, manusia dipanggil untuk menggunakan konsep nyata yang sekarang disebut ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, manusia dipanggil untuk mengembangkan dan menggunakan aturan logika untuk memenuhi kebutuhannya.
Konsep dasar logika yang Ibnu Sina andalkan dikembangkan dari gurunya, Aristoteles.
Dari konsep sang guru, dia menambahkan pandangannya tentang pentingnya kebutuhan manusia untuk mendapatkan pengetahuan untuk kemajuan hidupnya.
Meskipun semua kecerdasan berasal dari Tuhan, menurutnya, kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan menentukan cara pandangnya.
Untuk mencapai itu, manusia perlu meningkatkan kehidupan mereka dengan mengembangkan keseimbangan antara kebutuhan fisik dan spiritual, dengan iman menjadi salah satu dari beberapa bahan utama yang menopang kehidupan.
Menurutnya Tuhan sebagai titik tertinggi di atas intelek murni, tidak bertentangan dengan upaya manusia untuk mencari ilmu pengetahuan.
Sebab dengan ilmu pengetahuan itu, manusia justru dapat lebih memahami keagungan Tuhan.
Begitulah:
Ia adalahadalah seorang ilmuwan pada masa Dinasti Abbasiyah. Ia dikenal sebagai seorang dokter. Karya bukunya yang berjudul "al-Qanun fi al-Ṭibb" dijadikan sebagai teori dasar kedokteran yang dipelajari oleh mahasiswa kedokteran di seluruh dunia. Sosok yang dimaksudkan pada narasi itu adalah Ibnu Sina.