Find Us On Social Media :

Jamuan Privat ala Good for Eats (1)

By J.B. Satrio Nugroho, Kamis, 28 Februari 2013 | 17:13 WIB

Jamuan Privat ala Good for Eats (1)

Intisari.Online.com - Ada tren kuliner baru di Jakarta. Jika biasanya kita perlu datang ke restoran berbintang untuk makan masakan kelas premium, kini kita bisa menikmatinya di sofa kesayangan bersama anggota keluarga yang lain. Tidak hanya itu, kita bisa melihat kelihaian chef memasak makanan langsung di dapur Anda.

Private dining merupakan konsep yang tergolong baru di Indonesia. Konsepnya seperti katering yang membuatkan makanan untuk pemesan. Bedanya, chef memasak langsung di dapur milik pemesan. Biasanya lebih ke acara privat, maka itu disebut private dining.

Karena event yang terbatas itu, para tamu dapat menikmati suguhan hidangan sembari berinteraksi dengan lebih leluasa. Mereka bisa menikmati waktu mereka bersama dengan keluarga lebih sering. Selain itu, mereka juga bisa langsung berinteraksi dengan sang chef lebih intim.

Salah satu merek kuliner pengusung konsep private dining ini adalah Good for Eats, atau G48. Nyawa dari G48 ini adalah duo chef Fernando Sindu (31) dan Ivan Wibowo (26). Awalnya dua sahabat ini tidak pernah membayangkan akan bekerja bareng, walaupun mereka sudah menjadi teman ketika sekolah di Institute of America, di Hyde Park, New York.

Mulai dari nol

Proses kelahiran G48 sejak Juni 2012 terbilang unik, karena masing-masing sudah bekerja dan sudah lima tahun tidak bertemu. Fernando sudah menjadi sous chef di restoran ternama. Sedangkan Ivan bekerja di dapur laboratorium pengetesan makanan sebelum diproduksi massal. Keduanya bertempat di New York.

Sampai pada suatu hari di tahun 2012 Ivan pulang ke Jakarta. Saat itu ada seorang kawan yang membuat acara privat dan ingin Ivan yang menyiapkan hidangannya. Karena merasa tidak mampu mengerjakannya sendirian, Ivan mencari rekan kerja. Satu nama yang diingatnya adalah Fernando. Kebetulan Fernando sedang berada di Jakarta karena mengurusi visa kerjanya yang tidak diperpanjang oleh Pemerintah Amerika.

Jadilah duo chef ini menunjukkan kemampuannya di depan sekitar 15 orang yang menghadiri event privat tersebut. “Setelah event, ternyata asyik juga kerja bareng!” seru Ivan. Begitu halnya dengan Fernando, “Dari event pertama yang kami tangani itu, mulai terasa menarik. Akhirnya kami mulai berkonsentrasi di private dining.” Menurut Fernando, satu hal yang membuatnya tertarik adalah karena kesempatan besar untuk bereksplorasi.

Diakui Ivan dan Fernando, awal G48 berjalan bak menunggu untuk tumbang. “Klien masih mulut ke mulut, karena kita benar-benar mulai dari nol, tidak punya kenalan siapa-siapa di Jakarta,” Namun lama-kelamaan, mulai banyak yang tertarik dengan konsep private dining ini. Klien awal terutama datang dari tamu yang pernah hadir di acara serupa. “Sekarang sudah lumayan banyak; Sudah mulai bergulir orderan,” cetus Ivan sumringah.

“Kita mencoba mengenalkan sebuah konsep baru di dunia kuliner, bahwa tidak hanya mengenai cara mempresentasikan makanan, tapi juga mengapresiasi makanan itu sendiri,” lanjut Fernando. Konsep private dining tak pelak memberikan pintu lebar bagi pencapaian misi itu. Saat berinteraksi, chef bisa sembari bercerita tidak hanya spesifik makanannya saja, tapi lebih menyeluruh; “Ada cerita di balik makanan itu, bahan yang dipakai, juga ide yang mengikuti makanan tersebut,” terang Fernando.