Sejarah Valentine Dalam Islam dan Kisah Kelam di Baliknya Hingga Haram Dirayakan

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Sejarah valentine dalam Islam.

Intisari-online.com - Valentine Day atau Hari Kasih Sayang adalah perayaan yang berasal dari budaya Barat atau Eropa.

Namun beginilah sejarah Valentine dalam Islam dan kisah kelam di baliknya.

Perayaan ini jatuh pada tanggal 14 Februari setiap tahunnya.

Banyak orang, terutama kaum muda, merayakan hari ini dengan memberikan hadiah, cokelat, bunga, atau ucapan khusus kepada orang yang mereka cintai.

Namun, apakah kita tahu asal mula perayaan ini? Dan bagaimana pandangan Islam tentang perayaan ini?

Asal Mula Valentine Day

Ada beberapa versi tentang asal mula Valentine Day.

Salah satu versi yang paling populer adalah kisah seorang imam Kristen bernama Valentinus yang hidup pada abad ke-3 Masehi di Roma.

Pada masa itu, Kaisar Claudius II melarang para prajurit menikah karena menganggap hal itu akan mengurangi keberanian dan loyalitas mereka.

Valentinus tidak setuju dengan larangan ini dan secara diam-diam menikahkan para prajurit dengan kekasih mereka.

Ketika hal ini diketahui oleh kaisar, Valentinus ditangkap dan dipenjara. Di penjara, ia bertemu dengan putri sipir yang buta.

Baca Juga: Yang Khas Dari Pemilu, Ternyata Begini Asal-usul Tinta Pemilu Yang Tahan Hingga 3 Hari Itu

Valentinus merawat dan mengajarinya tentang agama Kristen. Ia juga berhasil menyembuhkan kebutaan gadis itu dengan doa dan mukjizat.

Sebelum dieksekusi pada tanggal 14 Februari 269 M, Valentinus menulis surat perpisahan kepada gadis itu dan menandatanganinya dengan "Dari Valentinusmu".

Surat inilah yang dianggap sebagai surat cinta pertama yang ditulis pada Hari Valentine.

Versi lain mengatakan bahwa Valentine Day berasal dari tradisi pagan Romawi yang disebut Lupercalia.

Lupercalia adalah festival kesuburan yang dirayakan pada tanggal 15 Februari untuk menghormati dewa Lupercus, dewa ternak dan kesuburan.

Dalam festival ini, para pemuda akan memukul-mukul para gadis dengan kulit domba yang dibasahi darah sebagai simbol kesuburan.

Kemudian, mereka akan mengundi nama-nama gadis yang akan menjadi pasangan mereka selama setahun.

Banyak pasangan yang akhirnya menikah setelah berkenalan dalam festival ini.

Ketika agama Kristen menyebar di Romawi, gereja mencoba mengganti tradisi pagan ini dengan perayaan yang lebih sesuai dengan ajaran Kristen.

Maka, mereka memilih tanggal 14 Februari sebagai hari peringatan Santo Valentinus, salah satu martir Kristen yang dianggap sebagai pelindung para pencinta.

Pandangan Islam tentang Valentine Day

Baca Juga: Mengapa Peristiwa Sumpah Pemuda Menjadi Salah Satu Momen Penting dalam Sejarah Pergerakan Nasional?

Islam adalah agama yang mengajarkan tentang cinta dan kasih sayang kepada sesama makhluk.

Islam tidak melarang umatnya untuk menunjukkan rasa cinta dan kasih sayangnya kepada orang yang mereka sayangi, seperti suami, istri, anak, orang tua, saudara, teman, dan lain-lain.

Namun, Islam juga mengatur batas-batas dan cara-cara yang halal dan syar'i dalam mengekspresikan cinta dan kasih sayang tersebut.

Islam tidak mengkhususkan hari dan tanggal tertentu untuk merayakan cinta dan kasih sayang, melainkan mewajibkan umatnya untuk merayakannya setiap hari dan setiap saat.

Perayaan Valentine Day yang berasal dari budaya Barat atau Eropa tidak sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai Islam.

Perayaan ini mengandung unsur-unsur yang bertentangan dengan Islam, seperti:

- Meniru budaya orang kafir yang tidak memiliki dasar syar'i dan bersejarah gelap.

- Membangkitkan hawa nafsu dan syahwat yang dapat menjerumuskan ke dalam perbuatan zina dan maksiat.

- Menghambur-hamburkan harta dengan membeli hadiah-hadiah yang tidak bermanfaat dan mubazir.

- Menyia-nyiakan waktu dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna dan sia-sia.

Oleh karena itu, hukum merayakan Valentine Day menurut Islam adalah haram. Hal ini berdasarkan beberapa dalil, di antaranya adalah:

Baca Juga: Bagaimana Sejarah Munculnya Sengketa Batas Wilayah Laut Natuna?

- Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 51:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."

- Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri RA:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَتَشَبَّهُوا بِالْيَهُودِ وَلَا بِالنَّصَارَى فَإِنَّ صِيَامَ الْيَهُودِ يَوْمَ السَّبْتِ وَصِيَامَ النَّصَارَى يَوْمَ الْأَحَدِ فَصُومُوا يَوْمَ السَّبْتِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ فِيهِ صَوْمٌ مِنْ صِيَامِكُمْ

Artinya: "Dari Abu Said Al-Khudri RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: 'Janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sesungguhnya puasa orang-orang Yahudi adalah hari Sabtu dan puasa orang-orang Nasrani adalah hari Ahad. Maka berpuasalah kalian pada hari Sabtu kecuali jika pada hari itu ada puasa dari puasa kalian.'"

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 3 Tahun 2017 tentang Hukum Merayakan Valentine Day.

Dalam fatwa ini, MUI menyatakan bahwa umat Islam dilarang merayakan Valentine Day karena termasuk bentuk peniruan budaya orang kafir, pengikutan hawa nafsu, pemborosan harta, dan penyia-nyiaan waktu.

Kesimpulan

Valentine Day adalah perayaan yang berasal dari budaya Barat atau Eropa yang tidak memiliki dasar syar'i dan bersejarah gelap.

Perayaan ini mengandung unsur-unsur yang bertentangan dengan ajaran dan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, hukum merayakan Valentine Day menurut Islam adalah haram.

Artikel Terkait