Penulis
Intisari-Online.com - Masakan Cina berbahan dasar tepung beras yang dibentuk menjadi mi persegi panjang ini mudah ditemukan di mana saja. Jika Anda pas mampir di Bireun, tak ada salahnya merasakan kelokalan mi ini.
Di Aceh orang menyebut kwetiau dengan mi tiau. Mi persegi panjang tadi diorak-arik bersama telur yang kemudian dilengkapi dengan udang, baso, cumi, atau daging.
Di Bireun amat mudah menemukan warung yang menjual mi tiau. Harganya juga relatif sama, yakni Rp10.000 per saji mi tiau telur dan Rp13.000 untuk sepiring mi tiau udang berukuran sedang.
Bireun yang berlokasi di sisi timur Aceh menjadi tempat singgah mereka yang warawiri Aceh - Medan melalui jalur darat. Alhasil, tak hanya warga setempat, pendatang dari luar Bireuen pun kerap memburu kuliner satu ini setiap singgah. Apalagi pada sore dan malam hari yang secara khusus rak-rak mi tiau ini beroperasi. Jejeran pembeli mulai dari bungkus sampai makan di tempat, membutuhkan waktu lama mengantre mendapatkan pesanan mereka.
Sedikitnya ada tiga warung pedagang tionghoa yang menyediakan mi tiau setiap harinya, Warung Aon, Riang, dan Mawar Resto. Pedagang lokal pun ikut meramaikan, dan tak kalah soal rasa. Misalnya Warkop Arie depan komplek terminal dan warung sederhana di kawasan Cot Keutapang.
Penuturan Hopheng, warga Medan, yang menyempatkan diri singgah ke Bireuen untuk menikmati mi tiau, rasa yang ditawarkan tak jauh beda dengan mi tiau asal Medan. “Kendati kwetiau ini terkenal paling enak di Medan, tapi punya Bireuen tetap saya rindukan setiap melintas ke Banda Aceh,” ungkapnya, Sabtu (11/1/2014).
Tak hanya legit, mi tiau atau kwetiau Bireuen memiliki citarasa dan aroma tersendiri yang menggugah selera pengunjung apalagi untuk mengganjal perut yang lapar. “Karena terbuat dari tepung beras, makan mi tiau ini cocok sebagai pengganti nasi yang kenyang dan sehat,” tambahnya.
Komentar senada diungkapkan rekannya, Paulus, pengusaha asal Medan. Jaminan halal merupakan perbedaan utama mi tiau asal Bireuen dengan Medan. “Walaupun rasa sedikit berbeda, tapi halal bagi warga muslim,” tambahnya.
Cut Raja, seorang pedagang mi tiau menyebutkan, resep dasar mi tersebut terbilang sederhana alias tak rumit. Kendati mahal, setara dengan harga jual yang diminati pelanggan. Yakni berbahan dasar kwetiau, daging ayam, telor, udang, tauge, sawi dan rempah-rempah bumbu giling.
“Asal semua bahan ditumis baik dan harum, tinggal dicampur dan ditambahkan udang sebagai pelengkap rasa,” ujar Cut.
Diakuinya, dalam sehari dia bisa menghabiskan hingga 15 kilogram mi tiau, bahkan meningkat pada hari-hari libur dan akhir pekan. (Desi Safnita Saifan/Kompas.com)