Penulis
Intisari-online.com - Jika bicara kota paling berbahaya di dunia rasanya julukan ini pantas disangang oleh kota Port Moresby.
Port Moresby adalah ibu kota Papua Nugini, sebuah negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia di bagian timur pulau Papua.
Kota ini memiliki penduduk sekitar 500 ribu jiwa dan merupakan kota terbesar di Pasifik Selatan. Namun, di balik keindahan alam dan kekayaan budayanya, Port Moresby juga menyimpan sisi gelap yang membuatnya dijuluki sebagai kota paling berbahaya di dunia.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Port Moresby menjadi kota yang sarat dengan kekerasan, kemiskinan, dan ketidakadilan. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Tingginya tingkat kriminalitas. Port Moresby dikuasai oleh berbagai kelompok raskol (begal) yang sering melakukan aksi kriminal tanpa pandang bulu, mulai dari mencuri, menggarong, membegal, membajak kendaraan, hingga memperkosa dan membunuh.
Beberapa kelompok raskol yang paling ditakuti adalah Kip Koboni, Bomai, Mafia, dan 585.
Konflik antar kelompok raskol juga sering terjadi dan menimbulkan korban jiwa.
Menurut data dari Numbeo, sebuah situs yang mengumpulkan data statistik tentang kota-kota di dunia, tingkat kriminalitas di Port Moresby mencapai 84,28 pada tahun 2021, yang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
2. Kurangnya infrastruktur dan layanan publik. Port Moresby memiliki infrastruktur yang buruk dan tidak memadai, seperti jalan-jalan yang rusak, listrik yang sering padam, air bersih yang langka, dan sanitasi yang tidak higienis.
Layanan publik seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan juga sangat minim dan tidak merata.
Banyak penduduk yang hidup di permukiman kumuh tanpa fasilitas dasar dan terpapar penyakit menular.
Baca Juga: Misteri 3 Kota Gaib yang Dipercaya Ada di Indonesia Konon Memiliki Peradaban yang Maju
Menurut data dari World Health Organization (WHO), angka kematian bayi di Papua Nugini adalah 37 per 1000 kelahiran hidup, yang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
3. Ketimpangan sosial dan ekonomi. Port Moresby memiliki kesenjangan yang besar antara orang-orang kaya dan miskin.
Orang-orang kaya hidup di daerah-daerah elit yang dilengkapi dengan fasilitas mewah dan pengamanan ketat, sementara orang-orang miskin hidup di daerah-daerah miskin yang penuh dengan kekerasan dan kemelaratan.
Menurut data dari World Bank, Papua Nugini memiliki indeks gini sebesar 41,9 pada tahun 2009, yang menunjukkan tingkat ketimpangan yang tinggi.
Selain itu, Papua Nugini juga menghadapi masalah korupsi, nepotisme, dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah dan elit politik, yang membuat rakyat semakin menderita.
4. Ketegangan sosial dan politik. Port Moresby merupakan kota yang multikultural dan multietnis, dengan lebih dari 800 suku dan bahasa yang berbeda-beda.
Namun, hal ini juga menimbulkan potensi konflik dan diskriminasi antar kelompok.
Banyak penduduk asli Papua Nugini yang merasa terpinggirkan dan tidak mendapatkan hak-hak mereka sebagai warga negara, terutama dalam hal akses ke sumber daya alam dan pembangunan.
Beberapa kelompok juga menuntut kemerdekaan dari Papua Nugini, seperti gerakan separatis di provinsi Bougainville dan Papua Barat.
Pada tahun 2019, terjadi kerusuhan besar-besaran di Port Moresby yang dipicu oleh protes mahasiswa terhadap pemerintah, yang menewaskan 15 orang dan melukai puluhan lainnya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Port Moresby adalah kota yang penuh dengan tantangan dan masalah yang kompleks.
Baca Juga: Sejarah Bank BRI, Di Luar Perkiraan Ternyata Di Kota Inilah Bank Pertama Milik Negara Itu Didirikan
Kota ini membutuhkan perhatian dan bantuan dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dan aman bagi penduduknya.
Port Moresby juga memiliki potensi dan harapan untuk menjadi kota yang lebih maju dan sejahtera, jika mampu mengatasi hambatan-hambatan yang ada dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.