Penulis
Intisari-online.com - Belakangan ini pasangan Lesti Kejora dan Rizky Billar mengumumkan pergantian nama anak mereka.
Diganti dari nama Muhammad Leslar Al Fatih Billar menjadi Muhammad Levian Al Fatih.
Pergantian nama anak Lesti Kejoratersebut dilakukan saat merayakan ulang tahun kedua pada 26 Desember 2023.
Menurut Lesti Kejora bahwa nama baru, Muhammad Levian Al Fatih, telah digunakan sejak lama.
Kemudian Lesti Kejora dan Rizky Billar mengungkapkan alasan di balik pergantian nama anak.
Sementara itu pergantian nama anak memang ada maknanya jika menelusuri tradisi Jawa.
Nama adalah salah satu identitas yang melekat pada diri seseorang. Nama juga bisa mencerminkan asal-usul, budaya, agama, atau harapan orang tua yang memberikannya.
Namun, tahukah Anda bahwa ada tradisi mengganti nama di kalangan orang Jawa? Mengapa mereka melakukannya dan apa maknanya?
Tradisi mengganti nama di kalangan orang Jawa sudah ada sejak zaman dahulu. Ada beberapa alasan dan tujuan di balik tradisi ini, antara lain:
- Menyambut jenjang kehidupan yang baru. Orang Jawa percaya bahwa setiap manusia memiliki level kehidupan yang berbeda-beda, mulai dari lahir, dewasa, menikah, hingga meninggal.
Untuk menandai perubahan level tersebut, mereka biasanya mengganti nama muda atau nama kecil pemberian orang tua dengan nama tua atau jeneng tuwa.
Nama tua ini biasanya diberikan oleh orang yang lebih tua, seperti orang tua, kakek-nenek, atau tokoh masyarakat.
Nama tua ini juga mengandung makna pangeling-eling atau pengingat akan tanggung jawab dan harapan di jenjang kehidupan yang baru.
Contohnya, nama Wahyuntono diganti menjadi Kusumabrata oleh Sultan Hamengkubuwana X ketika ia menikah.
Nama Kusumabrata berarti "bunga yang bercahaya" yang menggambarkan harapan agar ia menjadi orang yang berprestasi dan bermanfaat bagi masyarakat.
- Menghindari kesialan atau penyakit. Orang Jawa juga percaya bahwa nama bisa mempengaruhi nasib seseorang.
Jika seseorang sering mengalami kesialan, kemalangan, atau sakit-sakitan, mereka bisa mengganti nama mereka dengan nama yang lebih baik atau berkah.
Hal ini dilakukan dengan harapan agar nama baru tersebut bisa menolak bala, mengusir penyakit, atau membawa keberuntungan.
Contohnya, nama Sukirno diganti menjadi Sukarno karena orang tuanya berharap ia bisa menjadi orang yang suka (suka) dan karna (berbuat).
Nama Sukarno kemudian menjadi terkenal sebagai presiden Indonesia yang pertama.
- Menyesuaikan dengan agama atau budaya. Orang Jawa juga bisa mengganti nama mereka untuk menyesuaikan dengan agama atau budaya yang mereka anut.
Misalnya, orang Jawa yang beragama Islam bisa mengganti nama mereka dengan nama Arab, seperti Slamet menjadi Salam, Sarip menjadi Sharif, atau Saliki menjadi Salihin.
Baca Juga: Prajogo Pangestu Punya Lompatan Paling Gemilang, Inilah 5 Orang Terkaya Di Indonesia Tahun 2023
Hal ini dilakukan untuk menunjukkan ketaatan dan kecintaan mereka kepada agama Islam.
Selain itu, orang Jawa yang berinteraksi dengan budaya lain juga bisa menambahkan nama dari budaya tersebut, seperti Albertus Soegijopranoto yang menggunakan nama baptis Albertus di depan nama Jawa-nya, Soegijopranoto.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tradisi mengganti nama di kalangan orang Jawa memiliki makna yang mendalam dan beragam.
Tradisi ini juga menunjukkan kekayaan dan kearifan budaya Jawa yang patut dilestarikan.
Namun, tradisi ini mulai terkikis oleh perkembangan zaman dan pengaruh budaya luar.
Banyak orang Jawa yang tidak lagi mengganti nama mereka atau menggunakan nama yang lebih modern dan universal. Apakah Anda termasuk salah satunya?