Ketika Riyanto Korbankan Nyawanya, Anggota Banser Yang Meninggal Peluk Bom Lindungi Jemaat Gereja Saat Natal

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Pada 24 Desember 2000 malam, Riyanto pamit kepada ibunya untuk menjaga misa Natal di Gereja Eben Haezer, Mojokerto. Nahas, itu adalah malam terakhirnya.

Intisari-Online.com -Riyanto adalah anggota Banser istimewa.

Keistimewaannya terletak pada pengorbanannya saat menjaga Gereja Eben Haezer, Mojokerto, Jawa Timur, pada Natal tahun 2000.

Hingga sekarang jasa Riyanto terus dikenang terutama oleh kalangan Kristiani.

Pada 24 Desember 2000 malam, Riyanto pamit izin kepada ibunya.

Dia bertugas bersama ratusan anggota Banser lainnya untuk berjaga di Gereja eben Haezer.

Tapi malang, malam itu adalah malam terakhir Riyanto.

Dia meninggal dunia setelahmenyelamatkan jemaat gereja.

Laporan Harian Kompas edisi 26 Desember 2000,peristiwa di Gereja Eben Haezar Mojokerto itu adalah rangkaian serangan bom yang mengguncang sejumlah kota pada malam Natal 2000.

Terdapat tiga gereja di Mojokerto yang diguncang bom pada malam Natal 24 Desember 2000.

YaituGereja Eben Haezar di Jalan Kartini, Gereja Pantekosta Allah Baik di Jalan HOS Cokroaminoto, dan Gereja Santo Yosef di Jalan Pemuda.

Ledakan di ketiga gereja tersebut terjadi pada saat yang hampir bersamaan, antara pukul 20.30 dan pukul 20.45 WIB.

Di Gereja Eben Haezar, ledakan terjadi sebanyak dua kali.

Ketika itu Riyanto masih 25 tahun.

Diabertugas untuk menjaga Gereja Eben Haezar saat malam Natal.

Menurut pengurus gereja tersebut, Steven, kebaktian usai sekira pukul 19.30 WIB.

Beberapa saat setelah kebaktian usai, seorang anggota Banser menemukan tas berisi bom di depan gereja.

Tas tersebut kemudian diletakkan di boks telepon umum.

Selanjutnya, tas itu dibuang oleh Riyanto ke selokan di seberang Gereja Eben Haezar.

Nahas, bom dalam tas tersebut lalu meledak hingga menewaskan Riyanto.

Tubuhnya terlempar puluhan meter hingga ke belakang gereja.

Selain Riyanto, dua korban lain akibat ledakan di depan Gereja Eben Haezar mengalami luka-luka.

Para pengurus gereja lalu mencurigai sebuah tas tanpa pemilik yang masih tergeletak di dalam gereja.

Menurut Steven, tas tersebut lalu dilempar ke selokan yang sama.

Kurang dari lima menit kemudian terjadi ledakan lagi, namun ledakan kedua lebih kecil kekuatannya dibanding ledakan pertama.

Akibat dua ledakan di Gereja Eben Haezar, beton penyangga pagar rumah di seberang gereja tercabut dari tanah.

Di bawah beton tersebut, menganga sebuah lubang dengan diameter kurang lebih 2 meter.

Artikel Terkait