Kerik Gigi, Batagak Panghulu, dan Tradisi Unik Suku-Suku di Pulau Sumatera, Simbol Identitas dan Warisan Leluhur

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Tradisi Batagak Pagulu dari Sumatera Barat.

Intisari-online.com - Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia yang memiliki kekayaan budaya yang luar biasa.

Di pulau ini, terdapat berbagai suku bangsa yang memiliki tradisi unik dan khas yang menjadi simbol identitas dan warisan leluhur mereka.

Beberapa tradisi unik tersebut antara lain adalah kerik gigi, batagak panghulu, dan tato.

Kerik Gigi

Kerik gigi adalah tradisi meruncingkan gigi yang dilakukan oleh wanita suku Mentawai yang mendiami Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat.

Tradisi ini dipercaya sebagai salah satu tanda seorang wanita menginjak usia dewasa dan sebagai simbol kecantikan.

Selain itu, tradisi ini juga bertujuan untuk mendapatkan kedamaian jiwa dan membuat suami tidak meninggalkan mereka.

Proses kerik gigi dilakukan oleh ketua adat dengan menggunakan alat yang terbuat dari besi atau kayu yang sudah diasah hingga tajam.

Gigi yang akan diruncingkan tidak diberikan obat bius, sehingga proses ini sangat menyakitkan.

Gigi yang diruncingkan tidak hanya satu atau dua, melainkan semua (23) gigi mereka.Gigi yang sudah diruncingkan akan berbentuk seperti segitiga.

Tradisi kerik gigi ini sudah mulai ditinggalkan oleh generasi muda suku Mentawai karena pengaruh modernisasi dan globalisasi.

Namun, masih ada beberapa wanita yang tetap menjalankan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan budaya mereka.

Baca Juga: Makna Tradisi Seren Taun yang Berasal dari Kecamatan Cisolok

Batagak Panghulu

Batagak panghulu adalah tradisi pemotongan rambut yang dilakukan oleh suku Minangkabau di Sumatera Barat.

Tradisi ini merupakan bagian dari upacara turun pangkat atau pensiun seorang panghulu, yaitu pemimpin adat yang memiliki peran penting dalam masyarakat Minangkabau.

Proses batagak panghulu dilakukan oleh seorang pengganti panghulu yang akan mengambil alih jabatan dan tanggung jawabnya.

Pengganti panghulu akan memotong rambut panghulu yang akan turun pangkat dengan menggunakan pisau yang sudah disucikan.

Rambut yang dipotong akan disimpan dalam sebuah kotak yang disebut kaciak.

Tradisi batagak panghulu ini memiliki makna simbolis yang mendalam.

Rambut yang dipotong melambangkan kekuasaan, kehormatan, dan kebijaksanaan seorang panghulu yang harus dilepaskan dan diserahkan kepada penggantinya.

Tradisi ini juga menunjukkan sikap rendah hati dan bijak seorang panghulu yang tidak melekat pada jabatannya dan bersedia mengundurkan diri ketika waktunya tiba.

Tato

Tato adalah tradisi menghias tubuh dengan gambar yang dilakukan oleh beberapa suku di Pulau Sumatera, seperti suku Mentawai, Batak, Nias, dan Rejang.

Tradisi ini memiliki berbagai motif, makna, dan tujuan yang berbeda-beda bagi setiap suku.

Suku Mentawai, misalnya, memiliki tradisi tato yang disebut titi.

Titi merupakan salah satu cara untuk menyempurnakan tubuh dan jiwa manusia.

Baca Juga: Pesan Tersembunyi Tari Kecak, Tradisi Unik dari Bali yang Menakjubkan Dunia

Menurut keyakinan suku Mentawai, manusia memiliki dua wujud, yaitu arwah dan tubuh yang tidak akan binasa.

Apabila mereka tidak puas dengan penampilan fisiknya, mereka akan terkena penyakit dan ditarik ke dunia lain.

Oleh karena itu, mereka menghias tubuh mereka dengan tato yang memiliki motif alam, seperti binatang, tumbuhan, dan bintang.

Suku Batak, Nias, dan Rejang juga memiliki tradisi tato yang memiliki makna tersendiri. Tato bagi suku Batak melambangkan status sosial, keberanian, dan kejantanan.

Tato bagi suku Nias melambangkan kekuatan, keberanian, dan kematian. Tato bagi suku Rejang melambangkan kesuburan, kecantikan, dan keagamaan.

Tradisi tato di Pulau Sumatera ini merupakan salah satu bentuk ekspresi seni dan budaya yang kaya akan nilai-nilai luhur. Tradisi ini juga menjadi salah satu ciri khas dan identitas dari suku-suku di Pulau Sumatera yang patut dilestarikan dan dihormati.

Artikel Terkait