Intisari-Online.com -Dalam lipatan sejarah Sunda, terdapat sebuah tradisi yang mengakar kuat di hati masyarakatnya.
Tradisi Seren Taun bukan sekadar upacara, melainkan jantung dari kehidupan komunal di Kecamatan Cisolok.
Tradisi seren taun yang Berasal dari Kecamatan Cisolok ini lebih dari sekadar perayaan; ia adalah nafas yang menghidupkan semangat gotong royong dan kebersamaan.
Setiap tahun, saat panen tiba, desa-desa di Cisolok berubah menjadi panggung perayaan yang meriah.
Tarian, musik, dan doa bersatu, menciptakan harmoni yang melintasi waktu.
Ini adalah momen di mana masa lalu dan masa depan bertemu, menghormati bumi yang telah memberi mereka kehidupan.
Mari kita selami lebih dalam makna dan pesona yang tersembunyi di balik tradisi ini.
Berasal dari Kecamatan Cisolok
Di tengah kehidupan modern, sebagian masyarakat Sunda tetap mempertahankan tradisi Seren Taun sebagai bagian dari warisan budaya mereka.
Upacara adat ini merupakan simbol syukur pasca panen padi, di mana seluruh anggota desa, dari yang muda hingga yang tua, berpartisipasi secara aktif.
Baca Juga: Yuk Nonton Seren Taun di Bogor
Komunitas di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, khususnya di Desa Sirna Resmi, masih setia menjalankan tradisi Seren Taun.
Tiga kasepuhan di desa ini, yaitu Ciptagelar, Sinaresmi, dan Ciptamulya, menjadikan upacara Seren Taun sebagai pesta desa yang melibatkan hampir semua warga dalam perayaan yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Seiring waktu, tradisi Seren Taun tidak hanya mengekspresikan rasa syukur masyarakat Sunda atas panen yang berhasil, tetapi juga menarik perhatian dari warga sekitar dan pengunjung dari berbagai daerah, termasuk turis asing.
Setiap penyelenggaraan acara ini selalu dihadiri oleh banyak wisatawan yang tertarik untuk menyaksikan keunikan upacara adat ini.
Makna Seren Taun
Istilah Seren Taun memiliki akar kata dari 'Seren' yang berarti menyerahkan dan 'Taun' yang berarti tahun dalam bahasa Sunda.
Prosesi ini melambangkan penyerahan hasil panen tahun sebelumnya untuk tahun yang akan datang.
Upacara ini juga merupakan bentuk pengucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panen yang telah diperoleh, sekaligus doa agar panen mendatang lebih melimpah.
Simbolisasi seserahan ini diwujudkan dalam pemindahan padi ke lumbung.
Salah satu prosesi penting dalam upacara ini adalah ngangkut pare, di mana padi dari sawah dipindahkan ke lumbung atau leuit dengan menggunakan rengkong, alat pikul khusus.
Prosesi ini diiringi oleh musik tradisional yang menambah semarak perjalanan padi menuju lumbung.
Lumbung Padi, Air Suci, dan Kerbau
Setiap desa adat memiliki dua jenis lumbung padi. Lumbung utama terdiri dari leuit sijimat, indung, dan inten, yang menyimpan padi ibu dan pare bapak, ditutup dengan kain putih dan hitam.
Padi yang disimpan ini akan digunakan sebagai benih untuk musim tanam berikutnya. Selain itu, ada leuit pangiring yang berfungsi sebagai lumbung cadangan.
Dalam Seren Taun, ritual dimulai dengan pengambilan air suci dari tujuh sumber mata air yang sakral.
Air ini kemudian didoakan dan dianggap membawa berkah.
Ritual berlanjut dengan sedekah kue, di mana warga berebut kue yang dipercaya membawa keberuntungan.
Acara ini diakhiri dengan penyembelihan kerbau dan pembagian dagingnya kepada warga kurang mampu, serta makan tumpeng bersama sebagai simbol kebersamaan.
Dengan memahami tradisi seren taun yang Berasal dari Kecamatan Cisolok, kita membuka pintu untuk menghargai kekayaan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Ini adalah cerita tentang tanah, panen, dan hati yang bersyukur.
Baca Juga: Seren Taun, Keelokan di Antara Kisah Pilu Banten