Misteri Kerajaan Medang, Dari Mataram Kuno hingga Medang Kamulan

Afif Khoirul M

Penulis

Misteri kerajaan Medang yang disebut awal Majapahit dan Singasari.

Intisari-online.com - Kerajaan Medang adalah salah satu kerajaan besar yang pernah ada di Jawa. Kerajaan ini berdiri sejak abad ke-8 hingga abad ke-11 Masehi.

Namun, kerajaan ini juga menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan hingga kini.

Salah satu misterinya adalah mengapa kerajaan ini sering berpindah-pindah lokasi dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.

Apa yang menyebabkan kerajaan ini berubah-ubah nama dari Mataram Kuno hingga Medang Kamulan?

Bagaimana nasib kerajaan ini setelah runtuh?

Asal-Usul Kerajaan Medang

Kerajaan Medang didirikan oleh raja bernama Sanjaya pada abad ke-8 Masehi.

Sanjaya adalah keturunan dari Wangsa Syailendra yang berasal dari Sumatera.

Sanjaya berhasil mengalahkan Wangsa Syailendra yang beragama Buddha dan mendirikan kerajaan Hindu di Jawa Tengah.

Kerajaan ini dikenal sebagai Mataram Kuno atau Mataram Sanjaya.

Sanjaya membangun ibu kota kerajaannya di daerah sekitar Gunung Merapi.

Ia juga membangun candi-candi Hindu seperti Candi Prambanan, Candi Kalasan, dan Candi Sambisari.

Sanjaya juga meninggalkan prasasti-prasasti yang menjadi sumber sejarah kerajaan ini.

Salah satu prasasti yang paling penting adalah Prasasti Canggal yang berisi tentang silsilah dan asal-usul Sanjaya.

Baca Juga: Jejak Kerajaan Sriwijaya, Bagaimana Kerajaan Membentuk Sejarah dan Budaya Nusantara Hingga Kekuatan Maritim

Perkembangan Kerajaan Medang

Setelah Sanjaya wafat, kerajaan Mataram Kuno diteruskan oleh keturunannya yang bernama Rakai Panangkaran.

Rakai Panangkaran adalah raja yang bijaksana dan toleran.

Ia tidak hanya memelihara agama Hindu, tetapi juga mengizinkan agama Buddha berkembang di kerajaannya.

Ia juga membangun candi-candi Buddha seperti Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon.

Rakai Panangkaran juga memperluas wilayah kerajaannya hingga ke Jawa Timur.

Ia berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil seperti Kalingga, Holing, dan Tarumanagara.

Ia juga menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di luar Jawa, seperti Sriwijaya, Kamboja, dan Cina.

Rakai Panangkaran juga meninggalkan prasasti-prasasti yang menjadi sumber sejarah kerajaan ini.

Salah satu prasasti yang paling penting adalah Prasasti Mantyasih yang berisi tentang daftar nama raja-raja Mataram Kuno.

Kemunduran Kerajaan Medang

Pada abad ke-10 Masehi, kerajaan Mataram Kuno mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

- Bencana alam. Gunung Merapi meletus pada tahun 928 Masehi dan menghancurkan sebagian besar ibu kota kerajaan.

Hal ini menyebabkan kerajaan ini harus pindah ke Jawa Timur.

Baca Juga: Kronologi Berdirinya Kerajaan Kutai, Kerajaan Hindu Pertama Indonesia

- Persaingan politik. Kerajaan Mataram Kuno terpecah menjadi dua dinasti yang bersaing, yaitu Wangsa Isyana dan Wangsa Wurawari.

Wangsa Isyana beragama Hindu dan berpusat di Jawa Timur. Wangsa Wurawari beragama Buddha dan berpusat di Jawa Tengah.

- Invasi asing. Kerajaan Sriwijaya menyerang kerajaan Mataram Kuno pada tahun 990 Masehi dan merebut sebagian besar wilayahnya.

Hal ini menyebabkan kerajaan ini harus mundur ke pedalaman Jawa Timur.

Kerajaan Mataram Kuno yang berpindah ke Jawa Timur kemudian dikenal sebagai kerajaan Medang atau Medang Kamulan.

Nama ini berasal dari kata "medang" yang berarti "tanah subur" dan "kamulan" yang berarti "asal mula".

Kerajaan ini dipimpin oleh raja-raja dari Wangsa Isyana, seperti Dharmawangsa, Wawa, dan Airlangga.

Kerajaan Medang mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Airlangga. Airlangga adalah raja yang berbakat dan berwibawa.

Ia berhasil mempersatukan kembali Jawa Tengah dan Jawa Timur yang terpecah akibat invasi Sriwijaya.

Ia juga membangun candi-candi Hindu seperti Candi Belahan, Candi Penataran, dan Candi Jawi.

Ia juga meninggalkan kitab-kitab yang menjadi sumber sejarah kerajaan ini.

Salah satu kitab yang paling penting adalah Arjunawiwaha yang berisi tentang kisah hidup dan perjuangan Airlangga.

Runtuhnya Kerajaan Medang

Pada tahun 1045 Masehi, Airlangga memutuskan untuk membagi kerajaannya menjadi dua, yaitu Panjalu dan Janggala.

Hal ini dilakukan untuk menghindari perselisihan antara kedua putranya, yaitu Mapanji Garasakan dan Samarawijaya.

Namun, pembagian ini justru menimbulkan konflik dan persaingan antara kedua kerajaan tersebut.

Hal ini menyebabkan kerajaan Medang menjadi lemah dan rentan terhadap serangan dari luar.

Pada abad ke-11 Masehi, kerajaan Medang diserang oleh kerajaan-kerajaan baru yang muncul di Jawa, seperti Kediri, Singhasari, dan Majapahit.

Kerajaan Medang akhirnya runtuh dan tidak mampu bertahan.

Kerajaan Medang pun menjadi bagian dari sejarah Jawa yang penuh dengan misteri dan kejayaan.

Artikel Terkait