Penulis
Intisari-online.com - Mohammad Hatta adalah salah satu tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia yang menjabat sebagai Wakil Presiden pertama sejak 1945 hingga 1956.
Ia bersama Soekarno menjadi simbol perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan dan membangun negara baru.
Namun, pada tanggal 1 Desember 1956, Hatta mengambil keputusan yang mengejutkan banyak pihak, yaitu mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden.
Apa alasan dan dampak dari pengunduran diri Hatta?
Alasan Hatta Mengundurkan Diri
Hatta memiliki alasan yang kuat untuk mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden.
Alasan utamanya adalah karena ia merasa tidak sepandangan lagi dengan Presiden Soekarno dalam hal politik dan pemerintahan.
Hatta adalah seorang demokrat yang menghormati kehendak rakyat dan menginginkan sistem pemerintahan yang berdasarkan konstitusi.
Ia juga menentang adanya unsur komunis dalam kabinet, karena ia khawatir akan membahayakan keutuhan dan kedaulatan negara.
Sementara itu, Soekarno adalah seorang nasionalis yang cenderung otoriter dan karismatik.
Ia lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan rakyat.
Baca Juga: Inilah Henry Kissinger Sosok Pejabat AS yang Pernah Ramalkan Keruntuhan Israel Pada 2022
Ia juga bersimpati dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan berusaha mengakomodasi mereka dalam kabinet.
Juga mulai mengembangkan konsep Demokrasi Terpimpin, yang menempatkan dirinya sebagai pemimpin tunggal tanpa perlu mengikuti konstitusi.
Perbedaan pandangan antara Hatta dan Soekarno semakin tajam setelah terbentuknya Parlemen dan Konstituante hasil pemilihan umum tahun 1955.
Hatta berpendapat bahwa dengan adanya lembaga-lembaga tersebut, maka Presiden dan Wakil Presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara yang simbolis, sedangkan kekuasaan eksekutif berada di tangan perdana menteri dan kabinet yang bertanggung jawab kepada Parlemen.
Oleh karena itu, Hatta merasa tidak perlu lagi menjabat sebagai Wakil Presiden, karena ia tidak ingin menjadi boneka atau hiasan belaka.
Hatta pertama kali menyampaikan keinginan untuk mengundurkan diri pada tahun 1955, tetapi suratnya tidak ditanggapi oleh DPR.
Ia kemudian mengirimkan surat lagi pada tahun 1956, dan kali ini ia bersikeras untuk mundur.
Ia mengatakan bahwa ia sudah tidak bisa bekerja sama dengan Soekarno, karena ia merasa tidak dihargai dan tidak diikutsertakan dalam pengambilan keputusan penting.
Beliau juga mengkritik kebijakan-kebijakan Soekarno yang dianggapnya bertentangan dengan konstitusi, seperti mengeluarkan Dekret Presiden 5 Juli 1959 yang membubarkan Konstituante dan mengembalikan UUD 1945.
Dampak Pengunduran Diri Hatta
Pengunduran diri Hatta sebagai Wakil Presiden menimbulkan dampak yang besar bagi Indonesia. Dampak tersebut antara lain adalah:
- Berakhirnya era Dwitunggal Soekarno-Hatta, yang merupakan simbol persatuan dan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Dengan mundurnya Hatta, Soekarno menjadi semakin tak terkendali dan berkuasa mutlak tanpa ada yang bisa mengimbanginya.
Hal ini menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi di Indonesia, yang berujung pada krisis dan konflik di berbagai daerah.
- Kosongnya jabatan Wakil Presiden selama 17 tahun, dari tahun 1956 hingga 1973.
Selama periode tersebut, tidak ada yang bisa menggantikan atau mewakili Presiden dalam hal apapun.
Hal ini menunjukkan betapa lemahnya sistem pemerintahan Indonesia saat itu, yang tidak memiliki mekanisme pengganti atau suksesi yang jelas.
Hal ini juga menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya kekosongan kekuasaan jika Presiden meninggal atau sakit.
- Meningkatnya pengaruh PKI dalam pemerintahan dan masyarakat.
Dengan mundurnya Hatta, Soekarno semakin dekat dengan PKI, yang menjadi partai terbesar di Parlemen.
PKI mendapatkan banyak konsesi dan jabatan dari Soekarno, seperti menjadi anggota kabinet, pimpinan lembaga negara, dan pemimpin organisasi massa.
PKI juga berusaha menyebarkan ideologi komunis dan merongrong kekuasaan militer dan agama.
Hal ini menimbulkan ketegangan dan konfrontasi antara PKI dengan lawan-lawannya, yang berujung pada peristiwa G30S/PKI dan tragedi pembantaian massal tahun 1965-1966.
- Munculnya gerakan regionalisme dan separatisme di berbagai daerah. Dengan mundurnya Hatta, Soekarno semakin mengabaikan aspirasi dan kepentingan daerah, yang merasa tidak diwakili oleh pemerintah pusat.
Soekarno juga mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang merugikan daerah, seperti menaikkan harga BBM, menurunkan harga komoditas, dan mengurangi alokasi anggaran.
Hal ini menimbulkan ketidakpuasan dan pemberontakan di berbagai daerah, seperti PRRI/Permesta di Sumatera dan Sulawesi, RMS di Maluku, dan DI/TII di Jawa Barat dan Aceh.
Mohammad Hatta adalah Wakil Presiden pertama Indonesia yang mengundurkan diri pada tanggal 1 Desember 1956.
Alasan utamanya adalah karena ia tidak sepandangan lagi dengan Presiden Soekarno dalam hal politik dan pemerintahan.
Pengunduran diri Hatta menimbulkan dampak yang besar bagi Indonesia, seperti berakhirnya era Dwitunggal Soekarno-Hatta, kosongnya jabatan Wakil Presiden, meningkatnya pengaruh PKI, dan munculnya gerakan regionalisme dan separatisme.
Pengunduran diri Hatta merupakan salah satu peristiwa bersejarah yang patut kita kenang dan pelajari.