Inilah Peristiwa Pembantaian 1965 yang Ada dalam Film Gadis Kretek

Ade S

Penulis

Aktris Dian Sastrowardoyo sebagai Dasiyah di serial Gadis Kretek yang mulai tayang di Netflix pada 2 November 2023. Simak ulasan tentang peristiwa 1965 yang ada dalam film 'Gadis Kretek', sebuah adaptasi novel karya Ratih Kumala yang menggambarkan tragedi sejarah Indonesia.

Intisari-Online.com -Apakah Anda pernah menonton film "Gadis Kretek"?

Film ini merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Ratih Kumala, yang bercerita tentang kisah cinta, keluarga, dan kretek.

Namun, di balik kisah romantis dan harumnya kretek, ada juga latar belakang peristiwa 1965 yang ada dalam film "Gadis Kretek".

Peristiwa 1965 adalah pembunuhan massal yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa G30S, yang menewaskan tujuh perwira TNI AD dan menuduh PKI sebagai dalangnya.

Peristiwa ini mengakibatkan jutaan orang yang diduga komunis diburu dan dibantai oleh tentara dan milisi sipil yang antikomunis.

Bagaimana peristiwa 1965 yang ada dalam film "Gadis Kretek" digambarkan? Mari kita simak ulasan berikut ini.

Peristiwa 65 dalam film 'Gadis Kretek'

Dengan latar belakang tahun 1960-an, serial "Gadis Kretek" menampilkan pergerakan Partai Merah yang disiarkan lewat radio.

Selain itu, beberapa anggota Partai Merah juga terlibat dalam produksi kretek Merah dan menjalin kerjasama bisnis dengan Soeraja.

Namun, Partai Merah tiba-tiba lenyap dan sisa kretek Merah yang mereka produksi disebar secara acak, termasuk kepada Soeraja dan keluarga Idroes.

Baca Juga: Inilah Sejarah Gerakan 30 September 1965 (G30S) Lengkap, Dari Kronologi Hingga Tokoh Yang Gugur

Suatu hari, radio memberitakan pembantaian enam orang jenderal dan satu orang perwira yang mayatnya ditemukan di sebuah lubang.

Soeraja tidak menangkap berita ini, hingga ia pergi ke pasar dan mendapati pasar sepi.

Ketika ia kembali ke rumah, ia melihat keluarga Idroes ditarik keluar rumah dengan paksa dan kasar karena diduga berhubungan dengan Partai Merah karena memiliki kretek Merah.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam serial "Gadis Kretek" tentunya mengingatkan kita pada sejarah Indonesia tahun 1965.

Pada saat itu, segala sesuatu yang berwarna merah dianggap terkait dengan PKI dan diburu.

Peristiwa pembantaian massal 1965

Melansir Kompas.com, sebagai reaksi atas terjadinya peristiwa G30S pada malam 30 September 1965 hingga 1 Oktober 1965, pembunuhan massal 1965 pun terjadi.

Peristiwa G30S adalah penculikan dan pembunuhan tujuh perwira TNI AD oleh pasukan Cakrabirawa yang dipimpin oleh Letkol Untung.

Mayat-mayat perwira TNI AD itu kemudian dibuang ke Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Rencana awal pasukan Cakrabirawa hanyalah menculik para perwira TNI AD.

Namun, dalam pelaksanaannya, rencana itu berubah menjadi aksi pembantaian.

Baca Juga: Lolos Dari Maut G30S, AH Nasution Sampaikan Pidato Mengharukan Saat Pemakaman Pahlawan Revolusi 5 Oktober 1965

Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad menuduh PKI sebagai otak di balik G30S.

Meski begitu, sampai sekarang, belum ada bukti yang menguatkan tuduhan tersebut.

Dari tuduhan itu, Soeharto bersama dengan kawan-kawannya memutuskan untuk membunuh anggota dan orang-orang yang dicurigai sebagai simpatisan PKI di seluruh Indonesia.

Pembunuhan massal 1965 pada dasarnya adalah pembersihan komunis yang dilakukan menyusul isu kudeta yang akan dilancarkan oleh Dewan Jenderal terhadap Soekarno.

Soeharto mengutus pasukan terjun payung RPKAD di bawah Kolonel Sarwo Edhie ke Semarang, Jawa Tengah.

Setibanya di Semarang, markas PKI sudah dibakar habis oleh warga, tentara membersihkan desa-desa dengan bantuan penduduk setempat dalam membantai orang-orang yang diduga komunis.

Mulai dari Oktober 1965 hingga Maret 1966, diperkirakan sekitar 200.000 hingga jutaan anggota dan tersangka simpatisan PKI dibunuh oleh tentara Indonesia dan milisi sipil yang antikomunis, di bawah komando Soeharto.

Peristiwa 1965 yang ada dalam film "Gadis Kretek" adalah salah satu cara untuk mengingatkan kita tentang sejarah kelam yang pernah terjadi di Indonesia. Dengan menonton film ini, kita dapat belajar dari masa lalu dan menghargai keberagaman yang ada di Indonesia.

Baca Juga: Ditugaskan Culik Orang Nomor 1 Di AD, Inilah Sosok Serda Gijadi Yang Menembak Mati Ahmad Yani Saat Peristiwa G30S

Artikel Terkait