Cerita Kriminal Intisari Kembali! Sajikan 15 Peristiwa Kejahatan Paling Mengguncang di Bumi Nusantara

Ade S

Penulis

Intisari-Online.com -Berbicara tentang Majalah Intisari, rasanya tidak akan terlepas dari kehadiran “Perkara Kriminal”.

Rubrik yang pernah diberi nama “Cerita Kriminal” tersebut seolah menjadi ciri khas Majalah Intisari.

Majalah Intisari, ya, "Perkara Kriminal". "Perkara Kriminal", ya, Majalah Intisari. Begitulah kira-kira.

Setiap Majalah Intisari terbit, halaman yang paling dicari adalah Cerita Kriminal,” demikian tulis seorang pengguna media sosial saat Intisari mengunggah salah satu foto sampul buku "Kumpulan Cerita Kriminal".

"Salah satu favorit saya kala membaca Intisari," tulis pemilik akun yang lain.

Antusiasme berbalut kerinduan pun tampak dari komentar-komentar para pemilik akun yang lain.

Simak saja komentar-komentar berikut:

"Ayo terbitin lagi min", "Mau dong kalau terbit lagi", hingga"Tolong bikin bukunya khusus untuk kumpulan cerita ini min, saya beli".

Permintaan-permintaan tersebut tentunya didengar dengan baik oleh redaksi Intisari.

Sebab, bertepatan dengan usianyayang ke-60 tahun, Majalah Intisari ingin mengajak para pembaca bernostalgiadengan cara menerbitkan kembali buku kumpulan perkara kriminalnya.

Dengan judul“Kumpulan Perkara Kriminal Kisah Nyata dari Nusantara”, buku ini secaraistimewa akan berisi 15 kisah nyata dari berbagai peristiwa kriminal yang terjadi di Indonesia.

Mulai dari cerita di era penjajahan yang berusia lebih dari satu abad, hingga peristiwa-peristiwa kriminal terkini.

Dari era kolonial Belanda, tepatnya pada tahun 1912, ada sebuah kisah tentang kematian Nona Kwitang.

Kala itu, Jakarta yang masih bernama Stad Batavia, digemparkan oleh temuan jasad seorang wanita di Kali Baru.

Banyak hal mengerikan terjadi pada tubuh yang kemudian diketahui beridentitas Nona Fientje de Feniks tersebut, termasuk pada bagian lidahnya.

Narasi cerita tentang kematian Nona Kwitang ini sarat dengan unsur seksisme, sesuatu yang masih sangat lazim di zaman tersebut.

Pada periode awal Orde Lama, Kawan Intisari akan diajak bertemu kembali dengan Kusni Kasdut, mantan pejuang kemerdekaan yang menjelma menjadi pemeras dan perampok.

Hanya saja, meski kerap melakukan aksi kriminal, termasuk menjarah Museum Nasional, Kusni Kasdut justru dielu-elukan bak seorang “Robin Hood”.

Kok bisa? Hhhmmm, tentu saja jawabannya ada di buku ini.

Bergeser ke masa Orde Baru, ada sosok Edy Sampak, seorang Sersan Mayor yang menjelma menjadi perampok legendaris.

Sosok yang di tengah pelariannya selama 22 tahun malah menjadi penasihat dua media massa dalam pelariannya. Bahkan saat ditangkap, dia dikenal sebagai seorang tokoh agama.

Di periode peralihan Orde Baru menuju era reformasi, terdapat kisah kelam dalam kasus pembunuhan Ita Martadinata.

Pada Mei 1998, Ita menjadi salah satu korban pemerkosaan yang marak terjadi pada etnis tertentu.

Ita kemudian berjuang untuk memperjuangkan haknya, namun sayang, nyawanya direnggut tepat sebelum dirinya berangkat ke New York untuk menjadi saksi di Sidang PBB.

Lalu, tentu saja, kumpulan cerita kriminal ini tidak akan lengkap tanpa mengisahkan Dukun Suradji.

Sosok yang lebih dikenal dengan sebutan Dukun AS tersebut menjadikan 42 wanita sebagai tumbal demi ambisinya menguasai ilmu hitam.

Tragisnya, 3 dekade berlalu, kasus seorang dukun yang menjelma menjadi pembunuh berantai kembali terjadi di Indonesia, tepatnya di Banjarnegara, yang kisahnya akan menutup rangkaian cerita kriminal dalam buku ini.

Selain, lima kisah di atas, tentu saja masih ada 10 kisah kriminal lain yang tak kalah seru untuk dibaca.

Bagaimana? Tertarik menambahkan "Kumpulan Perkara Kriminal Kisah Nyata dari Nusantara" ini ke dalam koleksi Anda?

Segera klik tautan toko-toko daring langganan Anda yang ada di bawah ini:

* GridStore: bit.ly/POKriminal-Gridstore

* Tokopedia: bit.ly/POKriminal-Tokopedia

* Shopee: bit.ly/POKriminal-Shopee

Artikel Terkait