Jadi Tonggak Pergerakan Nasional Indonesia, Beginilah Sejarah Lahirnya Sumpah Pemuda

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Sejarah lahirnya Sumpah Pemuda tak lepas dari munculnya organisasi-organisasi kedaerahan pada awal abad ke-20.

Sejarah lahirnya Sumpah Pemuda tak lepas dari munculnya organisasi-organisasi kedaerahan pada awal abad ke-20.

Intisari-Online.com -Oleh beberapa kalangan, Sumpah Pemuda disebut sebagai tonggak Gerakan Nasional Indonesia.

Budi Utomo memang penting, Sarekat Dagang Islam dan Indische Partije juga begitu; tapi Sumpah Pemuda adalah gongnya.

Lalu seperti apa sejarah lahirnya Sumpah Pemuda?

Bagaimanapun juga, Budi Otomo sukses memicu lahirnya beragamorganisasi pemuda yang bersifat kedaerahan.

Tapi benang merah organ-organ itu serupa:Indonesia merdeka.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menyatukan pemikiran dan gagasan para pemuda Indonesia adalah dicetuskannya Kongres Pemuda I.

Kongres inidilaksanakan oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI).

Anggota PPPI adalah para pelajar dari seluruh wilayah di Indonesia.

Kongres ini dihadiri oleh organ perwakilan organ-organ yang sifatnya masih kedaerahan.

SepertiJong Java, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, dan Jong Ambon.

Selain itu, pengamat dari pemuda Tionghoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Sianf dan Tjoi Djien Kwie juga ikut hadir.

Kongres Pemuda Indonesia I berlangsung di Jakarta pada tanggal 30 April – 2 Mei tahun 1926 diikuti oleh semua organisasi pemuda.

Namun, Kongres Pemuda Indonesia I belum dapat menghasilkan keputusan yang mewujudkan persatuan seluruh pemuda.

Lahirnya Sumpah Pemuda

Lalu pada 1928, rasa kebangsaan dan persatuan Indonesia mulai menjadi cermin dari rasa bangga.

Seluruh pemuda memiliki cita-cita tinggi untuk Indonesia merdeka.

PPPI kemudian memprakarsai kembali untuk mengadakan kongres pemuda kedua.

Kongres Indonesia Muda kedua atau Kongres Pemuda II dilaksanakan pada tanggal 27-28 Oktober di Jakarta.

Tempat penyelenggaraan kongres tersebut di Gedung Indonesische Club di Jl. Kramat Raya 106, tetapi keseluruhan sidang diselenggarakan di tiga tempat.

Berikut ketiga tempat rapat Kongres Pemuda II:

Rapat pertama

Rapat pertama dilakukan pada Sabtu, 27 Oktober 1928 di Gedung Katholieke Jongenlingen (KJB), Lapangan Banteng.

Dalam sambutannya, Sugondo Djojopuspito, berharap konferensi ini dapat mempererat kohesi generasi muda.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pemaparan Mohammad Yamin mengenai arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.

Rapat kedua

Rapat kedua, Minggu 28 Oktober 1928 yang dilakukan di Gedung Oost-Java Bioscoop.

Dalam rapat kedua ini mereka membahas mengenai masalah pendidikan.

Rapat ini dihadiri oleh kedua pembicara yaitu Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro.

Kedua pembicara tersebut sependapat bahwa anak-anak harus mendapatkan pendidikan kebangsaan serta keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah.

Mereka juga sependapat bahwa anak harus dididik secara demokratis.

Rapat ketiga

Rapat ketiga dilaksanakan di gedung Indonesische Clubhuis Kramat.

Dalam rapat tersebut, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi.

Sedangkan Ramelan berpendapat bahwa gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.

Sepanjang pelaksanaan kongres, para pemuda bekerja keras mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, termasuk menyusun panitia kongres.

Pada malam penutupan tanggal 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda Indonesia II mengambil keputusan sebagai berikut:

- Menerima lagu “Indonesia Raya” ciptaan W.R. Supratman sebagai lagu kebangsaan Indonesia.

- Menerima sang “Merah Putih” sebagai Bendera Indonesia.

- Semua organisasi pemuda dilebur menjadi satu dengan nama Indonesia Muda (berwatak nasional dalam arti luas).

- Diikrarkannya "Putusan Kongres" oleh semua wakil pemuda yang hadir

Pada saat itu nama ikrar yang diambil bukanlah Sumpah Pemuda, melainkan Putusan Kongres yang berbunyi sebagai berikut:

Putusan Kongres Pemuda-Pemuda Indoensia

Pertama: Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia

Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Keputusan ini wajib digunakan di semua perkumpulan kebangsaan Indonesia untuk memperkuat persatuan dan kesatuan.

Munculnya istilah Sumpah Pemuda

Lalu kapan istilah Sumpah Pemuda muncul?

Menurut buku Sumpah Pemuda: The Making and Meaning of A Symbol of Indoensian Nationhood (2000) oleh Keith Foulcher, catatan sejarah menunjukkan bahwa Sumpah Pemuda sebagaimana yang diketahui hari ini sebagai konstruksi dari generasi-generasi dan ideologi yang muncul setelah peristiwa Kongres Pemuda II.

Saat pembentukan Indonesia Muda pada 1930, Putusan Kongres disebut sebagai Tiga Semboyan.

Kemudian pada Kongres Bahasa Indonesia pada 1938, Putusan Kongres disebut sebagai Sumpah Kita.

Setelah itu pada Kongres Pemuda 1949 pasca-proklamasi kemerdekaan Indoensia, Putusan Kongres disebut sebagai Semboyan Perjuangan.

Istilah Sumpah Pemuda baru muncul di era 1950-an.

Di mana saat itu Sukarno menyebut tiga poin dari Putusan Kongres Pemuda II 1928 sebagai Sumpah Pemuda ketika berkunjung di Solo pada 1955.

Karena pada 1957 Indonesia mengalami krisis dan terjadi pemberontakan di berbagai daerah, negara memerlukan ide pengikat.

Ungkapan istilah Sumpah Pemuda dimunculkan. 28 Oktober 1957 dirayakan dengan skala besar dan masyarakat Indonesia mengucapkan kembali Sumpah Pemuda.

Pada 1959 Sukarno menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur, termasuk di dalamnya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober menjadi hari bersejarah nasional yang bukan hari libur.

Artikel Terkait