Ini Alasan Mengapa Tradisi Lisan Dapat Menjadi Sumber Berharga Untuk Mendapatkan Fakta Sejarah

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Tradisi lisan mereka masa lampau manusia yang belum mengenal tulisan, adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai, atau pengalaman sehari-hari mereka.

Tradisi lisan mereka masa lampau manusia yang belum mengenal tulisan, adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai, atau pengalaman sehari-hari mereka.

Intisari-Online.com -Kenapa tradisi lisan punya posisi penting dalam Ilmu Sejarah?

Lalu mengapa tradisi lisan dapat menjadi sumber berharga untuk mendapatkan fakta sejarah?

Walau bentuknya dongeng, tradisi lisan merupakansalah satu sumber sejarah yang harus dilestarikan.

Alasannya karena tradisi lisan merekammasa lampau manusia yang belum mengenal tulisan, adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai, atau pengalaman sehari-hari mereka.

Menurut situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), tradisi lisan merupakan tuturan yang diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat, seperti dongeng, rapalan, mantra, pantun, cerita rakyat, atau ekspresi lisan lainnya.

Tradisi lisan merupakan suara bagi mereka yang tidak mengenal tulisan.

Sebelum manusia mengenal tulisan, tradisi lisan menjadi sumber-sumber pengetahuan di masa lalu.

Masyarakat adalah ahli waris dan sekaligus pelaku dalam upaya pelestarian cagar budaya.

Sebagai pelaku tentunya ada tradisi-tradisi yang sudah turun temurun dijaga sehingga nilai-nilai warisan cagar budaya hidup dalam masyarakat.

Di mana tumbuh dan dipelihara oleh masyarakat melalui tradisi lisan.

Tradisi lisan dapat dijadikan sebagai langkah awal dalam penelusuran peninggalan masa lalu.

Lalu bagaimana masyarakat mewariskan tradisi lisan kepada generasi penerusnya?

Tradisi lisan memiliki tempat tersendiri di antara berbagai jenis sumber sejarah.

Tradisi lisan adalah rangkaian pesan untuk diterjemahkan dengan fragmen benda atau aktivitas manusia di masa lalu.

Rangkaian pesan itulah yang nantinya diterjemahkan dari generasi ke generasi.

Dalam pelestarian cagar budaya, tradisi lisan merupakan tonggak awal dalam upaya pelestarian.

Tidak semua kerangka acuan atau petunjuk teknis dalam upaya pelestarian dituliskan oleh generasi sebelumnya.

Petunjuk teknis mampu dilacak melalui tradisi lisan.

Upaya pengumpulan tradisi lisan untuk pelestarain cagar budaya dapat dimaknai sebagai kerangka besar pelestarian nilai-nilai dari obyek masa lalu sesuai dengan UU Nomor 11 Tahun 2010.

Dalam hal itu tradisi lisan merupakan sebuah proses untuk mengapai upaya pelestarian cagar budaya berbasis masyarakat.

Proses yang disampaikan dari mulut ke mulut dapat mengungkap cara-cara tradisional dalam pelestarian.

Dalam upaya pemugaran, pemeliharaan ataupun perlindungan objek cagar budaya tradisi lisan memiliki tempat juga.

Tidak semua pengetahuan di masa sekarang mampu mengakomodasi atau menjabarkan pengetahuan masa silam.

Pengetahuan masa silam muncul dengan sendirinya jika melibatkan tradisi lisan.

Karena sudah terintegrasi segala infromasi objek cagar budaya.

Tradisi lisan berupa pantangan atau larangan dalam perlakuan objek cagar budaya mampu dimanfaatkan sebagai bagian dari upaya pelestarian bagi masyarakat.

Dengan adanya nilai-nilai dari tradisi lisan upaya pelestarian sudah dalam tahap pelestarian berbasis masyarakat.

Artinya ketika masyarakat masih memegang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam obyek cagar budaya.

Secara tidak langsung nilai-nilai itulah yang menjaga cagar budaya dari bentuk vandalisme ataupun kegiatan yang merusak cagar budaya.

Menurut jurnal Wacana: Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya (2005), tradisi lisan adalah segala wacana yang disampaikan secara lisan, mengikuti cara atau adat istiadat yang telah memola dalam suatu masyarakat.

Kandungan isi wacana tersebut dapat meliputi berbagai hal, berbagai jenis cerita ataupun berbagai jenis ungkapan seremonial dan ritual.

Cerita-cerita yang disampaikan secara lisan itu bervariasi mulai dari uraian genealogis, mitos, legenda, dongeng, hingga berbagai cerita kepahlawanan.

Perkembangan tradisi lisan terjadi dari mulut ke mulut sehingga menimbulkan banyak versi cerita.

Artikel Terkait