Digebuki Aparat, Inilah Sosok Wanita Ketua Gerwani Pati hingga Korban Penyiksaan G30S

Afif Khoirul M

Penulis

Sosok Deborah Sumini, ketua Gerwani yang dicap PKI.

Intisari-online.com - Deborah Sumini adalah seorang aktivis perempuan yang pernah menjadi Ketua Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) ranting Pati, Jawa Tengah.

Ia menjadi korban penangkapan, penyiksaan, dan pencemaran nama baik akibat peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) yang diduga melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sumini lahir pada tahun 1946 di Pati.

Ia tertarik bergabung dengan Gerwani karena melihat program-programnya yang sangat berpihak pada perempuan, seperti melarang perkawinan anak di bawah umur, memberikan pendidikan politik dan keterampilan, serta membela hak-hak buruh perempuan.

Sumini juga aktif dalam kegiatan sosial, seperti mengajar membaca dan menulis bagi warga miskin, menggalang bantuan untuk korban bencana alam, dan mengadakan pengobatan gratis.

Pada tahun 1965, Sumini terpilih menjadi Ketua Gerwani Pati.

Ia berencana untuk mengadakan kongres Gerwani di Jakarta pada bulan Oktober.

Namun, rencana itu batal karena terjadinya G30S pada tanggal 30 September 1965.

G30S adalah sebuah gerakan yang dilakukan oleh sekelompok perwira militer yang menentang pemerintahan Presiden Soekarno.

Mereka menuduh bahwa PKI berusaha untuk menggulingkan Soekarno dan mengambil alih kekuasaan.

Dalam aksi mereka, mereka membunuh enam jenderal dan satu perwira tinggi Angkatan Darat.

Baca Juga: Ini Sosok yang Perankan Ade Irma Suryani dalam Film G30SPKI

Akibat G30S, terjadi gelombang anti-komunis di seluruh Indonesia.

PKI dan organisasi-organisasi yang dianggap berafiliasi dengannya, termasuk Gerwani, menjadi sasaran pembantaian dan penangkapan massal.

Sumini pun tidak luput dari nasib buruk itu.

Pada tanggal 3 Oktober 1965, ia ditangkap oleh tentara bersama dengan beberapa anggota Gerwani lainnya di rumahnya.

Ia dibawa ke markas Kodim Pati, tempat ia disiksa secara fisik dan psikis selama berbulan-bulan.

Salah satu bentuk penyiksaan yang dialami Sumini adalah pemotongan payudaranya dengan gunting.

Hal ini dilakukan untuk mematahkan semangat perjuangan Sumini sebagai perempuan dan aktivis.

Selain itu, Sumini juga dituduh sebagai pelacur yang terlibat dalam pembunuhan para jenderal di Lubang Buaya, Jakarta.

Padahal, Sumini sama sekali tidak pernah ke Jakarta dan tidak tahu apa-apa tentang Lubang Buaya.

Tuduhan ini didasarkan pada propaganda rezim Soeharto yang menggambarkan Gerwani sebagai organisasi perempuan komunis yang jahat dan cabul.

Sumini akhirnya dibebaskan pada tahun 1978 setelah menjalani hukuman penjara selama 13 tahun tanpa pengadilan.

Baca Juga: Namanya Hancur Berantakan Usai Peristiwa G30S, Begini Potret DN Aidit Di Luar Politik

Ia kemudian menikah dengan seorang mantan tahanan politik dan hidup sederhana di Pati.

Beliau tetap berjuang untuk membersihkan nama baiknya dan Gerwani dari fitnah-fitnah yang dilekatkan padanya.

Ia juga berusaha untuk menyuarakan hak-hak korban pelanggaran HAM masa lalu dan mendesak pemerintah untuk memberikan keadilan bagi mereka.

Sumini meninggal dunia pada tanggal 12 Agustus 2020 karena penyakit jantung.

Ia dimakamkan di TPU Kalijambe, Pati.

Hingga akhir hayatnya, ia tetap menjadi sosok inspiratif bagi banyak perempuan Indonesia yang berani berjuang untuk hak-hak mereka.

Artikel Terkait