Penulis
Intisari-online.com - Perkeretaapian Indonesia tidak lepas dari pengaruh kolonialisme Belanda yang berlangsung selama lebih dari tiga abad.
Sejak kereta api pertama beroperasi di Indonesia pada tahun 1867, Belanda telah membangun dan mengembangkan jaringan rel yang melintasi pulau Jawa dan Sumatera.
Tujuan utama Belanda adalah untuk mempermudah pengangkutan hasil bumi dan barang dagangan dari daerah pedalaman ke pelabuhan, serta untuk mengontrol wilayah jajahan mereka.
Namun, perkeretaapian Indonesia juga memiliki dampak sosial, ekonomi, budaya, dan politik yang signifikan bagi masyarakat Indonesia.
Salah satu dampak sosial perkeretaapian Indonesia adalah terbentuknya kelas sosial baru, yaitu karyawan kereta api.
Karyawan kereta api terdiri dari orang-orang pribumi yang bekerja sebagai masinis, kondektur, pegawai stasiun, teknisi, dan lain-lain.
Mereka mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan gaji yang lebih baik daripada pekerja sektor lain.
Mereka juga memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai daerah, suku, agama, dan bahasa.
Karyawan kereta api menjadi salah satu kelompok masyarakat yang memiliki kesadaran nasional dan berperan aktif dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Dampak ekonomi perkeretaapian Indonesia adalah meningkatnya mobilitas barang dan orang.
Perkeretaapian memungkinkan hasil bumi seperti kopi, teh, gula, karet, minyak bumi, dan batu bara dapat diangkut dengan cepat dan murah dari daerah penghasil ke pelabuhan ekspor.
Baca Juga: Mengapa Soeharto Tidak Diculik dan Menjadi Target G30S?
Hal ini meningkatkan pendapatan pemerintah kolonial dan perusahaan-perusahaan Belanda yang menguasai sektor perkebunan dan pertambangan.
Perkeretaapian juga memudahkan orang-orang untuk bepergian antar kota dan desa, baik untuk kepentingan bisnis, pendidikan, maupun rekreasi.
Hal ini mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan perkembangan pariwisata.
Dampak budaya perkeretaapian Indonesia adalah terciptanya budaya kereta api yang unik.
Budaya kereta api mencakup segala hal yang berkaitan dengan kereta api, seperti arsitektur stasiun, desain gerbong, seragam pegawai, tiket, jadwal, lagu-lagu, cerita-cerita, dan lain-lain.
Budaya kereta api mencerminkan pengaruh Belanda, tetapi juga menunjukkan kreativitas dan adaptasi masyarakat Indonesia.
Contohnya adalah stasiun Gambir yang bergaya art deco, gerbong makan yang menyajikan masakan nusantara, lagu "Sepur Kluthuk" yang bercerita tentang kereta api tua, dan cerita "Stambul Deli" yang mengisahkan petualangan seorang anak jalanan di kereta api.
Dampak politik perkeretaapian Indonesia adalah menjadi salah satu sarana perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Perkeretaapian menjadi sasaran serangan gerilya pejuang kemerdekaan yang ingin mengganggu jalur transportasi dan komunikasi Belanda.
Contohnya adalah serangan terhadap jembatan Cikampek pada tahun 1948 oleh pasukan Siliwangi.
Perkeretaapian juga menjadi alat propaganda nasionalis yang ingin menyebarkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa.
Contohnya adalah pemasangan spanduk bertuliskan "Indonesia Merdeka" di atas gerbong-gerbong kereta api pada tahun 1945 oleh pemuda-pemuda Jakarta.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkeretaapian Indonesia memiliki jejak-jejak Belanda yang masih terlihat hingga saat ini.
Namun, perkeretaapian Indonesia juga merupakan hasil dari usaha dan karya masyarakat Indonesia yang berani berjuang dan berkembang.
Perkeretaapian Indonesia adalah warisan sejarah yang patut dihargai dan dilestarikan.