Penulis
Intisari-online.com - Pernikahan adalah momen sakral yang harus dipersiapkan dengan baik.
Dalam budaya Jawa, ada beberapa hal yang harus dihindari sebelum menikah, karena dipercaya dapat membawa kesialan dan ketidakbahagiaan.
Ada banyak hal yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan pernikahan di Jawa, karena ada beberapa larangan pernikahan yang dipercaya dapat mempengaruhi keharmonisan rumah tangga.
Apa saja larangan-larangan tersebut? Berikut ini adalah beberapa contohnya.
1. Menikah di Bulan Suro
Bulan Suro, atau yang juga dikenal sebagai bulan Muharram, adalah bulan pertama dalam kalender Hijriah.
Mitosnya, jika menikah di bulan Suro, maka rumah tangga akan menghadapi kesulitan dan kesialan. Selain itu, bulan Suro juga identik dengan bulan mistis, karena banyak ritual-ritual gaib yang dilakukan di bulan ini.
2. Menikah dengan Posisi Rumah Ngalor-Ngulon
Selain larangan menikah di bulan tertentu, posisi rumah calon pengantin juga harus diperhatikan.
Ada larangan untuk menikah dengan posisi rumah ngalor-ngulon atau berhadapan, yaitu dari arah utara ke barat. Mitos ini berasal dari zaman Majapahit, ketika ada peristiwa pembunuhan terhadap umat Buddha oleh Raja Kertanegara.
Konon, jika menikah dengan posisi rumah ngalor-ngulon, maka akan membawa malapetaka dan bencana bagi pengantin atau keluarganya.
3. Menikah dengan Anak Pertama dan Ketiga
Larangan pernikahan antara anak pertama dan ketiga, atau yang disebut jilu (siji karo telu), juga cukup terkenal di masyarakat Jawa.
Mitosnya, jika anak pertama dan ketiga menikah, maka rumah tangganya akan kurang akur dan sering mengalami masalah. Hal ini dikaitkan dengan perbedaan sifat yang biasanya cukup besar antara anak pertama dan anak ketiga.
Anak pertama cenderung lebih bertanggung jawab, mandiri, dan pemimpin, sedangkan anak ketiga cenderung lebih bebas, kreatif, dan santai. Jika tidak saling mengerti dan menghargai, maka bisa menimbulkan konflik dalam rumah tangga.
4. Menikah dengan Anak Pertama dan Anak Pertama
Tidak hanya pernikahan siji karo telu, tapi ada juga larangan pernikahan antara anak pertama dengan anak pertama. Selain itu, juga harus dihindari jika salah satu orangtua dari mereka adalah anak pertama di keluarganya. Sehingga jika disusun menjadi angka 1 1 1 atau siji jejer telu.
Mitosnya, jika menikah dengan pola siji jejer telu, maka pernikahan ini akan membawa kesialan dan ketidakbahagiaan. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa anak pertama memiliki sifat keras kepala, egois, dan dominan.
Jika dua orang dengan sifat seperti itu bersatu dalam pernikahan, maka akan sulit untuk saling menyesuaikan dan kompromi.
5.Tak Sesuai Dengan Hitungan Weton Jodoh
Weton adalah perhitungan hari lahir dan neptu menurut pasaran Jawa, yaitu kliwon, legi, pahing, pon, dan wage. Weton jodoh adalah weton yang cocok dan sesuai untuk menikah dengan seseorang.
Ada beberapa cara untuk menentukan weton jodoh, salah satunya adalah dengan menjumlahkan weton kedua calon pengantin dan membaginya dengan lima. Jika hasilnya adalah 1, 2, atau 4, maka weton jodoh tercapai.
Jika hasilnya adalah 0 atau 3, maka weton jodoh tidak tercapai. Mitosnya, jika menikah dengan weton jodoh yang tidak tercapai, maka rumah tangga akan mengalami banyak masalah, seperti perselingkuhan, perceraian, atau kematian.
Meski demikian, semua masalah pasti ada solusinya. Demikian juga dengan mitos-mitos tersebut.
Dalam budaya Jawa, jika rasa dua orang tersebut sudah benar-benar saling mencintai tapi terhalang mitos, bisa dilakukan beberapa langkah antisipasi.
Salah satunya adalah dengan menggelar semacam prosesi ruwatan yang berfungsi untuk menolak bala atau kesialan dari mitos tersebut.
Baca Juga: Mitos dan Fakta tentang Presiden 2024 dalam Ramalan Sabdopalon, Siapa Presiden Berdarah Majapahit?