Penulis
Intisari-online.com -Eropa adalah benua dengan sejarah agama yang panjang dan kaya.
Berbagai agama, khususnya Kristen, telah memainkan peran penting dalam membentuk budaya, politik, dan identitas Eropa selama berabad-abad.
Namun dalam beberapa dekade terakhir, Eropa mengalami fenomena yang disebut sekularisasi, yaitu menurunnya pengaruh dan kehadiran agama dalam kehidupan masyarakat.
Proses sekularisasi di Eropa dapat dilihat dari berbagai indikator, seperti menurunnya jumlah masyarakat yang mengidentifikasi diri mereka beragama, menghadiri ibadah keagamaan, beriman kepada Tuhan atau menganut praktik keagamaan, doktrin agama.
Menurut data Eurobarometer 2021, hanya 51% orang Eropa yang mengatakan mereka percaya pada Tuhan, sementara 26% mengatakan mereka ateis dan 20% mengatakan mereka agnostik.
Data Pew Research Center tahun 2021 juga menunjukkan bahwa rata-rata 71% masyarakat Eropa Barat dan 57% masyarakat Eropa Tengah dan Timur menganggap diri mereka sedikit atau tidak beragama2.
Lalu apa penyebab dari fenomena ini? Para ahli dan peneliti telah mencoba menjawab pertanyaan ini dengan menggunakan berbagai perspektif dan teori. Beberapa alasan yang umum diberikan meliputi:
1. Modernisasi
Modernisasi adalah suatu proses perubahan sosial, ekonomi, politik dan budaya yang disertai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, industri, demokrasi dan kesejahteraan.
Modernisasi dikatakan berdampak pada berkurangnya kebutuhan akan agama sebagai sumber penjelasan, kenyamanan, atau kekuasaan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat yang hidup dalam masyarakat modern cenderung lebih rasional, kritis, mandiri dan pluralistik dalam pandangan dunianya.
2. Dipersonalisasi
Individuasi adalah proses dimana individu membebaskan diri dari keluarga, komunitas, atau batasan tradisional yang sebelumnya menentukan identitas dan perilakunya.
Personalisasi memungkinkan individu untuk memilih gaya hidup, nilai, dan keyakinannya sendiri tanpa harus menyesuaikan diri dengan norma atau otoritas sosial.
Dalam konteks keagamaan, individualisasi berarti bahwa masyarakat dapat memilih apakah akan beriman kepada Tuhan, apakah akan mengikuti ajaran agama tertentu, atau menggabungkan unsur-unsur dari banyak agama yang berbeda sesuai kebutuhannya.
3. Skandal dan kontroversi
Skandal dan kontroversi yang melibatkan organisasi atau tokoh keagamaan juga dapat mengakibatkan hilangnya keyakinan atau minat terhadap agama.
Beberapa contoh skandal dan kontroversi yang terjadi di Eropa adalah kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh pendeta Katolik, larangan penggunaan jilbab atau simbol agama lainnya di tempat umum, komunisme, pembakaran Alquran oleh aktivis sayap kanan atau serangan teroris yang dilakukan oleh kelompok ekstremis.
Skandal dan kontroversi ini dapat menimbulkan perasaan marah, benci, takut, atau skeptisisme masyarakat terhadap agama.
4. Migrasi dan pluralisme
Migrasi adalah perpindahan orang dari satu tempat ke tempat lain karena berbagai alasan, termasuk ekonomi, politik, sosial atau budaya. Migrasi dapat meningkatkan pluralisme, yaitu keberagaman agama, suku, budaya atau pendapat dalam suatu masyarakat.
Pluralisme dapat mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat terhadap agama melalui dua cara. Pertama, pluralisme dapat mendorong toleransi, dialog dan kerja sama antar kelompok yang berbeda. Kedua, pluralisme dapat menimbulkan konflik, persaingan atau polarisasi antar kelompok yang berbeda.
Dalam kedua kasus tersebut, orang mungkin merasa kurang terikat atau teridentifikasi dengan agama tertentu.
Tentu saja alasan-alasan di atas bukanlah alasan yang mutlak dan bukan satu-satunya. Setiap individu atau kelompok mungkin memiliki alasan yang berbeda-beda atau terkait dalam memutuskan meninggalkan agama atau menjadi ateis atau agnostik.