Penulis
Intisari-online.com - Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar), mengalami bencana banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Banjir yang melanda sejak akhir Oktober 2021 hingga kini telah berdampak pada 12 kecamatan, 140.468 jiwa, dan ribuan rumah.
Banjir ini disebut-sebut sebagai bencana terbesar dan terlama sejak tahun 1963.
Curah Hujan Tinggi dan Penebangan Liar Jadi Pemicu
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kalbar, curah hujan di wilayah tersebut mencapai 294 milimeter per menit pada akhir Oktober dan awal November 2021.
Hujan sebesar itu menghasilkan debit air sungai mencapai 15.877,12 meter kubik per detik.
Sungai Kapuas yang melintasi Kabupaten Sintang pun meluap dan membanjiri permukiman warga.
Selain faktor cuaca, banjir juga dipicu oleh faktor bentang alam dan penggunaan lahan. Kabupaten Sintang memiliki topografi dataran rendah yang rentan tergenang air.
Selain itu, penebangan liar di hutan-hutan lindung juga menyebabkan erosi tanah dan sedimentasi sungai.
Akibatnya, daya tampung sungai menurun dan banjir semakin parah.
Dua Warga Meninggal dan Ribuan Rumah Terendam
Banjir yang melanda Kabupaten Sintang telah menelan korban jiwa.
Dua warga dilaporkan meninggal dunia akibat banjir. Selain itu, ribuan rumah terendam air hingga ketinggian 300 sentimeter.
Beberapa sarana prasarana seperti jembatan, jalan, listrik, dan telekomunikasi juga rusak akibat banjir.
Banjir juga mengakibatkan ribuan warga mengungsi. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sintang, ada 32 titik pengungsian yang tersebar di wilayah tersebut.
Namun, banyak warga yang memilih mengungsi ke tempat saudara atau kerabat mereka.
BPBD Sintang juga mendirikan 24 titik dapur lapangan untuk menyediakan makanan bagi warga terdampak.
Pemerintah Perpanjang Masa Tanggap Darurat
Mengingat besarnya dampak banjir, Pemerintah Kabupaten Sintang memutuskan untuk memperpanjang masa tanggap darurat bencana banjir selama 30 hari terhitung mulai 13 Oktober hingga 16 November 2021.
Keputusan ini diambil untuk mempercepat penanganan banjir dan pemulihan kondisi.
Pemerintah Kabupaten Sintang juga mendapat bantuan dari berbagai pihak. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyerahkan Dana Siap Pakai (DSP) senilai Rp 500 juta kepada BPBD Sintang.
BNPB juga mengirimkan bantuan logistik dan peralatan seperti makanan siap saji, matras, selimut, masker, tenda pengungsi, dan perahu polyethylene.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga berencana membangun geobag atau kantong berisi pasir untuk menahan aliran air sungai.
Geobag ini diharapkan dapat mengurangi dampak banjir di wilayah tersebut.
Banjir Mulai Surut, Warga Mulai Bersih-bersih
Setelah dua pekan lebih terendam banjir, kondisi di Kabupaten Sintang mulai membaik. Air mulai surut di beberapa wilayah.
Dari 12 kecamatan yang terdampak, kini tinggal lima kecamatan yang masih tergenang.
Warga pun mulai melakukan aktivitas bersih-bersih rumah dan lingkungan.
Mereka membersihkan lumpur, sampah, dan barang-barang yang rusak akibat banjir.
Warga juga berharap agar banjir tidak terulang lagi dan pemerintah dapat memberikan solusi jangka panjang untuk mencegah banjir.
Demikian artikel yang saya buat dengan judul Banjir Sintang, Bencana Terbesar dalam 40 Tahun yang Menghancurkan 12 Kecamatan.