Penulis
Kerajaan Jenggala adalah hasil pembagian Raja Airlangga supaya anak cucuknya tidak bertikai. Tapi harapan itu tinggal harapan.
Intisari-Online.com -Berbicara perihal Kerajaan Jenggala, tak lengkap tanpa berbicara tentang Kerajaan Panjalu.
Menurut sumber-sumber yang selama ini ada, dua kerajaan tersebut adalah hasil pembagian penguasa Kerajaan Kahuripan, Raja Airlangga.
Jenggala beribukota di Kahuripan--ibukota lama, sementara Panjalu alias Kadiri beribukota di Daha.
Dan keruntuhan Kerajaan Jenggala sendiri ternyata disebabkan oleh serangan anak cucu Airlangga sendiri, yaitu Raja Jayabaya.
Bagaimana riwayat kerajaan yang berada di lembah Gunung Penanggungan tersebut?
Jenggala adalah kerajaan bercorak Hindu yang pernah berdiri di Jawa Timur.
Seperti disebut di awal, kerajaan ini adalah hasil pembagianKerajaan Kahuripan yang diperintah oleh Airlangga.
Ibu kota Kerajaan Jenggala adalah Kahuripan, yang terletak di lembah Gunung Penanggungan, sekitar Sidoarjo, Pasuruan, dan Mojokerto, Jawa Timur.
Kerajaan Jenggala berdiri pada 1042 M, setelah Airlangga membagi wilayah kekuasannya untuk kedua putranya.
Kerajaan Jenggala yang ibu kotanya terletak di Kahuripan diberikan kepada Mapanji Garasakan.
Sementara Kerajaan Panjalu atau Kediri yang berpusat di Daha diberikan kepada Sri Samarawijaya.
Meskipun begitu, selama berdiri, dua kerajaan tersebut terus berselisih.
Inilah yang membuat usia Kerajaan Jenggala terbilang singkat, yakni hanya sekitar 90 tahun saja, karena harus menerima kekalahan dari Kerajaan Kediri.
Kerajaan Jenggala memiliki kaitan erat dengan Kerajaan Kahuripan dan Mataram Kuno periode Jawa Timur atau Kerajaan Medang.
Kahuripan adalah kerajaan turunan Kerajaan Medang yang diperintah oleh Raja Airlangga antara 1009-1042 M.
Sejarah berdirinya Kerajaan Jenggala bermula saat Raja Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua kekuasaan: Kerajaan Jenggala untuk Mapanji Garasakan dan Kerajaan Panjalu atau Kediri untuk Sri Samarawijaya.
Hal ini dilakukan oleh Airlangga agar kedua putranya tersebut tidak berselisih.
Dengan begitu, Kerajaan Jenggala resmi berdiri pada 1042 M dengan Mapanji Garasakan sebagai raja pertamanya.
Pada awal berdirinya, Kerajaan Jenggala mengalami pertumbuhan pesat dibandingkan dengan Kerajaan Panjalu.
Kesuksesan tersebut tidak terlepas dari peran Mapanji Garasakan, yang pandai mengatur pemerintahan dan aktif melakukan diplomasi ke berbagai wilayah.
Perkembangan Kerajaan Jenggala dapat dilihat dari berbagai bidang, seperti pemerintahan, ekonomi, dan budaya.
Dalam bidang ekonomi, kerajaan ini pernah menguasai jalur-jalur perdagangan sungai.
Pembagian kerajaan oleh Airlangga agar kedua putranya tidak berebut kekuasaan ternyata sia-sia.
Pasalnya, Jenggala dan Kediri terus terlibat perang saudara karena sama-sama ingin menguasai.
Pada tahun 1130-an, Jenggala harus menyerah dan mengakui keunggulan Panjalu.
Berdasarkan Prasasti Ngantang, Kerajaan Jenggala ditaklukkan oleh Kerajaan Panjalu ketika berada di bawah kekuasaan Raja Jayabaya.
Menurut beberapa sumber, Jayabaya sendiri mendaku sebagai keturunan dari Airlangga.
Sejak saat itu, Kerajaan Jenggala menjadi bawahan Panjalu atau Kediri.
Raja-raja Kerajaan Jenggala Selama kurang lebih 90 tahun berdiri, terdapat tiga raja yang tercatat pernah berkuasa di Kerajaan Jenggala.
Berikut nama raja-raja Kerajaan Jenggala.
- Mapanji Garasakan (1042 M)
- Alanjung Ahyes (1052 M)
- Samarotsaha (1059 M)
Peninggalan Kerajaan Jenggala
- Prasasti Kembang Putih
- Prasasti Malenga
- Prasasti Turun Hyang II
- Prasasti Sumengka Candi Prada