Penulis
Intisari-Online.com - Sistem Electronic Road Pricing (ERP) alias jalan berbayar dipilih Pemkot DKI Jakarta untuk mengurangi kemacetan jalanan. Terutama di jalan-jalan protokol. Pasalnya, jumlah kendaraan yang kian meningkat tanpa diiringi perluasan jalan akan semakin memperparah kemacetan ibu kota.
Sekadar info, kerugian akibat kemacetan di Jakarta mencapai Rp65 triliun per tahun. Kira-kira Rp178 miliar per hari! Di Singapura, pelopor sistem ERP, sistem ini mampu mengurangi kemacetan sampai 13 persen pada jam sibuk. Kecepatan kendaraan pun naik menjadi 20 persen. Sedangkan orang yang naik angkutan umum bertambah 21 persen.
Nantinya, tarif yang akan dipatok untuk memasuki jalan berbayar ini adalah Rp20.000. Tarif itu akan dinaikkan bila jumlah kendaraan pribadi yang memasuki jalan ber-ERP belum berkurang juga. "Pokoknya sampai jumlah mobil (pribadi) di Jakarta mencapai jumlah ideal, yakni 1.500 unit per jamnya," ucap Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, yang dilansir situs Kompas.com.
Kesuksesan ERP disokong oleh dua komponen utama. Pertama , sistem berbasis kamera elektronik yang dilengkapi alat pemindai/sensor elektronik. Kedua, On Board Unit (OBU) yang berada di mobil.
Komponen pertama terpasang pada gerbang ERP (gantry) yang berada di jalan-jalan tertentu. Ini akan menjadi penanda bahwa jalan yang ada gerbang seperti ini adalah jalan ber-ERP. Ada beberapa kamera elektronik yang akan merekam setiap nomor plat kendaraan yang melewati gerbang ERP. Tentunya kamera ini memiliki resolusi tinggi dan mampu menangkap objek berkecepatan tinggi.
Temukan artikel lengkap mengenai “ERP, Gerbang Penangkal Kemacetan” di Majalah Intisari edisi Juni 2016.