Penulis
Intisari-online.com - Harmoko adalah salah satu tokoh yang berperan penting dalam peristiwa bersejarah yang mengakhiri masa pemerintahan Soeharto pada tahun 1998.
Ia adalah Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang menjabat sejak tahun 1993 hingga 1998.
Sebelumnya, ia juga dikenal sebagai wartawan dan menteri penerangan yang setia mendukung Soeharto.
Namun, di tengah krisis ekonomi, politik, dan sosial yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998, Harmoko mulai menunjukkan sikap kritis terhadap Soeharto.
Ia mengkritik kebijakan-kebijakan Soeharto yang dinilai tidak mampu menyelesaikan masalah bangsa.
Kemudian juga menolak usulan Soeharto untuk membentuk Dewan Presidensial yang dianggap sebagai upaya untuk mempertahankan kekuasaan.
Puncaknya, pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko secara terbuka menyatakan bahwa Soeharto harus mundur dari jabatannya sebagai presiden.
Ia mengatakan bahwa itu adalah tuntutan rakyat yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Bahkan juga mengatakan bahwa MPR siap menggelar sidang istimewa untuk memilih presiden baru.
Pernyataan Harmoko ini mengejutkan banyak pihak, termasuk Soeharto sendiri.
Soeharto merasa dikhianati oleh Harmoko yang selama ini dianggap sebagai salah satu pendukung setianya.
Baca Juga: Indonesia Mengenalnya Sebagai Penjahat Perang Paling Brutal, Sosok Ini Ternyata Lahir di Turki
Soeharto bahkan sempat menyebut Harmoko sebagai "pengkhianat terbesar" dalam sejarah Indonesia.
Namun, pernyataan Harmoko ini juga mendapat dukungan dari banyak pihak, termasuk para tokoh politik, militer, agama, dan masyarakat sipil.
Pernyataan Harmoko ini juga menjadi salah satu faktor yang mendorong Soeharto untuk akhirnya mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998.
Harmoko sendiri mengaku bahwa ia tidak bermaksud mengkhianati Soeharto, melainkan hanya menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai Ketua MPR.
Ia mengatakan bahwa ia bertindak sesuai dengan aspirasi rakyat dan demi kepentingan bangsa dan negara.
Setelah Soeharto mundur, Harmoko tetap menjadi Ketua MPR hingga tahun 1999.
Ia juga menjadi salah satu pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) bersama Amien Rais.
Namun, ia tidak lagi terlibat aktif dalam dunia politik setelah itu.
Ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkebun dan menulis buku-buku.
Harmoko meninggal dunia pada tanggal 14 April 2020 di usia 80 tahun.
Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Baca Juga: Berawal dari Pahlawan Kemerdekaan, Sosok Asal Solo Ini Justru Berakhir Jadi Pemberontak Negara
Kemudian meninggalkan sejarah yang tidak bisa dilupakan oleh bangsa Indonesia.
Ia adalah tokoh yang berani mengambil sikap dan keputusan yang berisiko tinggi demi perubahan yang diharapkan oleh rakyat.