Penulis
Intisari-online.com -Wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, kembali diguncang gempa bumi tektonik pada Kamis (31/8/2023) pukul 11.27 WIB.
Gempa bumi ini memiliki kekuatan magnitudo 2,3 dengan kedalaman 10 km.
Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7,44 LS dan 107,51 BT, atau sekitar 52 km barat daya Garut.
Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, gempa bumi ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Namun, guncangan gempa bumi dirasakan oleh masyarakat di sekitar lokasi episenter dengan skala intensitas II-III MMI (Modified Mercalli Intensity).
Artinya, getaran gempa bumi dirasakan oleh beberapa orang dan menyebabkan benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Daryono menjelaskan, gempa bumi yang terjadi di Garut ini merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas dalam lempeng Indo-Australia (intraslab).
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip).
Gempa bumi ini diduga berkaitan dengan sesar Cimandiri, yaitu sesar aktif yang membentang dari Pelabuhan Ratu hingga Subang.
Sesar Cimandiri terbagi menjadi beberapa segmen, salah satunya adalah segmen Cimandiri yang merupakan terusan dari sesar Cugenang.
Sesar Cugenang adalah sesar baru yang ditemukan oleh para peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2022.
Baca Juga: Mengapa di Jepang Sering Terjadi Gempa Bumi? Berikut Ini Penjelasannya
Sesar Cugenang memiliki panjang sekitar 20 km dan berada di sebelah timur sesar Cimandiri.
Sesar ini bergerak ke arah timur laut dengan kecepatan relatif sekitar 5 mm per tahun.
Sesar Cugenang berpotensi menyebabkan gempa bumi dengan magnitudo maksimum sekitar 6,5.
Sesar Cimandiri dan sesar Cugenang merupakan bagian dari sistem sesar aktif di Jawa Barat yang dipengaruhi oleh subduksi lempeng Indo-Australia di selatan Jawa.
Subduksi ini menyebabkan lempeng Indo-Australia menekan lempeng Eurasia dari arah selatan ke utara.
Akibatnya, lempeng Eurasia mengalami deformasi dan retakan yang membentuk sesar-sesar aktif.
Sesar-sesar aktif ini dapat memicu gempa bumi tektonik yang berdampak pada wilayah Jawa Barat dan sekitarnya.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan tidak terpengaruh oleh isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Masyarakat juga diharapkan untuk memperhatikan kondisi bangunan tempat tinggalnya dan memastikan bahwa bangunan tersebut cukup tahan gempa atau tidak ada kerusakan yang membahayakan kestabilannya.