Sosok Pendiri Kantor Berita Antara Ini Dikenal Berani Penkritik Penjajah

Afif Khoirul M

Penulis

Sosok Albert Manoetar Sipahoetar

Intisari-online.com - Albert Manoempak Sipahoetar adalah salah satu tokoh jurnalisme Indonesia yang berperan penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa.

Ia tidak hanya menjadi pendiri kantor berita nasional Antara, tetapi juga menjadi salah satu jurnalis yang berani mengkritik penjajah Belanda dan Jepang melalui tulisan-tulisannya.

Albert Manoempak Sipahoetar lahir di Tarutung, Tapanuli, pada tanggal 26 Agustus 1914.

Ia merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara.

Ayahnya bernama Sipahoetar, seorang guru dan penginjil di gereja Batak.

Ibunya bernama Siti Aminah, seorang wanita Minangkabau yang juga beragama Kristen.

Sejak kecil, Albert sudah menunjukkan minatnya terhadap dunia jurnalisme dan gerakan nasionalis.

Ia sering membaca koran-koran yang beredar di daerahnya, seperti De Sumatra Post, De Locomotief, dan De Preanger Bode.

Ia juga aktif dalam organisasi-organisasi pemuda, seperti Jong Sumatranen Bond dan Jong Islamieten Bond.

Pada tahun 1932, Albert pindah ke Pematang Siantar untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah atas (MULO).

Di sana, ia bertemu dengan Adam Malik, seorang teman sekelasnya yang kemudian menjadi sahabatnya sekaligus rekan kerjanya.

Baca Juga: Sudah Diangkat Sebagai Perwira TNI, Sosok Ini Malah Memberontak Dan Ingin Mempertahankan Negara Indonesia Timur

Bersama dengan Adam Malik, Albert mendirikan cabang Partai Indonesia (Partindo) di Pematang Siantar.

Partindo adalah partai politik yang dipimpin oleh Sukarno dan berhaluan nasionalis.

Setelah lulus dari MULO pada tahun 1936, Albert melanjutkan pendidikannya di sekolah tinggi ekonomi (HEIS) di Medan.

Namun, ia tidak menyelesaikan studinya karena lebih tertarik dengan dunia jurnalisme.

Ia mulai bekerja sebagai wartawan untuk beberapa media cetak, seperti harian Soematra en Ommelanden (SOE), majalah Timboel, dan majalah Kebangoenan.

Ia juga pernah menjadi redaktur majalah Sinar Marhaen dan harian Zaman Kita, bersama dengan Arif Lubis.

Pada tahun 1937, Albert bersama dengan Adam Malik dan Pandoe Kartawigoena mendirikan kantor berita Antara di Batavia (sekarang Jakarta).

Antara adalah singkatan dari Aneta-Timboel-Radio.

Aneta adalah kantor berita Belanda yang menjadi sumber informasi utama bagi media-media di Hindia Belanda.

Timboel adalah majalah yang diterbitkan oleh Adam Malik dan Pandoe Kartawigoena.

Radio adalah alat komunikasi yang digunakan oleh Antara untuk menyebarkan berita-beritanya.

Baca Juga: Ketika Moncong Tank Dan Meriam Diarahkan Ke Istana, Sosok Ini Pun Diganti Sebagai KSAD Oleh Bung Karno

Antara didirikan dengan tujuan untuk memberikan informasi yang objektif dan akurat kepada masyarakat Indonesia, serta untuk mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.

Antara juga menjadi media yang berani mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial Belanda, seperti monopoli perdagangan, pajak tanah, dan diskriminasi rasial.

Antara juga memberitakan tentang gerakan-gerakan nasionalis di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya, seperti India, Cina, dan Filipina.

Pada tahun 1942, Jepang menginvasi Hindia Belanda dan mengambil alih kekuasaan dari Belanda.

Antara tetap beroperasi di bawah pengawasan Jepang, tetapi tidak menyerah kepada kepentingan Jepang.

Antara tetap memberitakan tentang perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan Jepang, seperti gerilya PETA (Pembela Tanah Air), laskar rakyat (sukarelawan), dan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Antara juga memberitakan tentang peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di dunia, seperti Perang Dunia II, Deklarasi Kairo, dan Konferensi Potsdam.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Sukarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.

Antara menjadi media pertama yang menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru negeri.

Antara juga menjadi media resmi pemerintah Republik Indonesia yang memberitakan tentang peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, seperti sidang-sidang BPUPKI dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), pembentukan kabinet-kabinet, dan perang kemerdekaan melawan Belanda dan sekutunya.

Albert Manoempak Sipahoetar menjadi salah satu tokoh penting dalam sejarah Antara. Ia menjabat sebagai direktur Antara dari tahun 1945 hingga 1950.

Ia juga menjabat sebagai ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dari tahun 1946 hingga 1950.

Ia juga aktif dalam organisasi-organisasi internasional, seperti International Press Institute (IPI) dan Asian News Agency (ANA).

Ia juga pernah menjadi anggota delegasi Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955.

Albert Manoempak Sipahoetar meninggal dunia pada tanggal 9 Januari 1970 di Jakarta.

Kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Ia meninggalkan seorang istri bernama Siti Aisyah dan lima orang anak.

Ia dihormati sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia yang berjasa dalam bidang jurnalisme dan perjuangan kemerdekaan.

Albert Manoempak Sipahoetar adalah sosok jurnalis yang berani mengkritik penjajah dan mendukung kemerdekaan bangsa Indonesia melalui tulisan-tulisannya.

Juga adalah sosok pendiri Antara yang berperan penting dalam sejarah media massa di Indonesia. Ia adalah salah satu contoh teladan bagi generasi-generasi jurnalis Indonesia yang akan datang.

Artikel Terkait