Penulis
Intisari-online.com - Lenteng Agung adalah salah satu kelurahan di kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Kelurahan ini memiliki luas wilayah sekitar 2,5 km dan jumlah penduduk sekitar 120 ribu jiwa.
Lenteng Agung merupakan kelurahan dengan kepadatan penduduk tertinggi di Jagakarsa.
Namun, tahukah Anda bagaimana sejarah terbentuknya kelurahan ini?
Sejarah Lenteng Agung tidak bisa dilepaskan dari perkembangan jalur kereta api dan perkebunan teh di daerah ini.
Pada masa penjajahan Belanda, pemerintah kolonial membangun jalur kereta api yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor.
Jalur kereta api ini melewati daerah Lenteng Agung, yang saat itu masih berupa hutan belantara.
Di sekitar jalur kereta api, pemerintah Belanda juga membuka lahan perkebunan teh yang dikelola oleh perusahaan Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM).
Perkebunan teh ini menarik banyak pekerja dari berbagai daerah, termasuk etnis Tionghoa.
Etnis Tionghoa yang bekerja di perkebunan teh ini membawa tradisi dan kepercayaan mereka, termasuk membangun tempat ibadah yang disebut klenteng.
Klenteng ini berada di tanah milik seorang tuan tanah Tionghoa yang bernama Tan Eng Goan.
Baca Juga: Peristiwa Konferensi Meja Bundar, Ketika Belanda Rida Mengakui Kemerdekaan Indonesia
Tan Eng Goan adalah salah satu orang terkaya di Batavia (nama lama Jakarta) pada abad ke-19.
Ia memiliki banyak tanah dan properti di berbagai daerah, termasuk di Lenteng Agung.
Klenteng ini kemudian menjadi pusat kegiatan sosial dan keagamaan bagi warga Tionghoa di Lenteng Agung.
Nama Lenteng Agung sendiri berasal dari kata klenteng yang kemudian diserap menjadi lenteng.
Kata agung berarti besar atau megah, yang menggambarkan klenteng yang ada di sana.
Nama Lenteng Agung pertama kali muncul pada tahun 1930-an, ketika pemerintah kolonial membuat peta administrasi daerah.
Sebelumnya, daerah ini dikenal dengan nama Tanah Agong, yang berarti tanah milik Tan Eng Goan.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Lenteng Agung mengalami perkembangan pesat sebagai salah satu kawasan pemukiman di pinggiran Jakarta.
Banyak pendatang dari berbagai daerah yang menetap di sini, mencari pekerjaan dan peluang hidup.
Klenteng yang menjadi ciri khas Lenteng Agung pun akhirnya hilang, karena dibongkar oleh pemerintah pada tahun 1965 sebagai bagian dari operasi anti-komunis.
Hanya sedikit jejak sejarah klenteng yang masih tersisa hingga kini, seperti nama jalan dan beberapa bangunan tua.
Baca Juga: Kerajaan Tidore Dan Hubungannya Yang Panas Dingin Dengan Ternate
Lenteng Agung adalah salah satu contoh dari dinamika sejarah dan budaya yang terjadi di Indonesia.
Kelurahan ini merupakan hasil dari interaksi antara berbagai unsur, seperti jalur kereta api, perkebunan teh, etnis Tionghoa, dan pemerintahan kolonial dan nasional.
Dengan mengetahui sejarah Lenteng Agung, kita bisa lebih menghargai dan menjaga keberagaman yang ada di negeri ini.