Find Us On Social Media :

Ternyata Ini Jadi Awal Kerjasama Strategis dengan Uni Soviet Surat Pengakuan Kedaulatan Kemerdekaan Indonesia 

By Afif Khoirul M, Jumat, 4 Agustus 2023 | 17:10 WIB

Foto Presiden Soekarno dan Khrushchev

Intisari-online.com - Indonesia dan Rusia memiliki hubungan bilateral yang berawal dari masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pada 25 Januari 1950, Menteri Luar Negeri Uni Soviet A. Vyshinsky menyampaikan secara tertulis kepada Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri Moch.

Hatta bahwa Uni Soviet mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia, dan keinginan menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia.

Pemerintah Indonesia menyambut baik surat tersebut dan memberikan balasan positif pada 3 Februari 1950.

Surat pengakuan kedaulatan kemerdekaan Indonesia dari Uni Soviet itu merupakan bukti dukungan politik yang besar bagi bangsa Indonesia yang sedang berjuang melawan kolonialisme Belanda.

Uni Soviet merupakan salah satu negara adidaya yang berperan aktif di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengecam agresi militer Belanda terhadap Indonesia dan mengimbau dunia internasional untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.

Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Uni Soviet sebenarnya telah dirintis sejak 1947 melalui seorang tokoh muda komunis bernama Suripno, yang ditunjuk oleh Presiden Sukarno sebagai wakil resmi Indonesia di Eropa Timur.

Suripno berhasil menjalin kontak dengan pihak Uni Soviet dan meminta bantuan berupa senjata, amunisi, obat-obatan, dan bahan pangan untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Namun, hubungan ini harus dirahasiakan dari pemberitaan di dalam negeri demi menghargai perasaan Amerika Serikat (AS) sebagai fasilitator Perjanjian Renville.

Setelah hubungan diplomatik resmi terbentuk, kerjasama antara Indonesia dan Uni Soviet semakin berkembang di berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, pertahanan, dan keamanan.

Beberapa contoh kerjasama yang strategis antara lain adalah pembangunan Hotel Indonesia, Stadion Utama Gelora Bung Karno, Pabrik Gula Krebet Baru, Pabrik Semen Tonasa, Pabrik Baja Krakatau Steel, serta pengiriman para mahasiswa dan ilmuwan Indonesia untuk belajar di Uni Soviet.

Baca Juga: Bersahabat Dengan Oppenheimer, Inilah Sosok Mata-mata Perempuan Rusia Paling Berbahaya