Penulis
Intisari-online.com - Pada tanggal 11 Juli 1973, sebuah pesawat Boeing 707 milik maskapai penerbangan Brasil, Varig, terbang dari Bandara Internasional Galeão di Rio de Janeiro menuju Bandara Orly di Paris, Prancis.
Pesawat dengan nomor penerbangan 820 ini membawa 117 penumpang dan 17 awak kabin, termasuk seorang atlet layar Olimpiade, Jörg Bruder, dan presiden Senat Brasil, Filinto Müller.
Namun, ketika pesawat sedang melakukan pendekatan ke Bandara Orly, sebuah kebakaran terjadi di toilet belakang kanan pesawat.
Diduga, kebakaran disebabkan oleh seorang penumpang yang membuang rokok yang masih menyala ke dalam tempat sampah di toilet.
Tempat sampah tersebut berisi tisu kertas yang kering dan mudah terbakar. Api kemudian menjalar ke bahan-bahan plastik dan kayu yang ada di toilet.
Asap hitam dan beracun mulai memenuhi kabin pesawat, membuat para penumpang dan awak kabin sulit bernapas dan melihat.
Beberapa penumpang mencoba membuka pintu darurat untuk mendapatkan udara segar, tetapi gagal karena tekanan udara yang tinggi.
Para awak kabin berusaha menenangkan para penumpang dan memberikan masker oksigen, tetapi masker tersebut tidak berfungsi karena sistem oksigen pesawat rusak akibat kebakaran.
Sementara itu, para pilot berjuang untuk mendaratkan pesawat secepat mungkin.
Mereka juga mengalami kesulitan bernapas dan melihat instrumen kokpit karena asap.
Mereka sempat menghubungi menara kontrol Bandara Orly untuk meminta bantuan, tetapi komunikasi terputus karena kabel listrik pesawat putus akibat kebakaran.
Akhirnya, pilot berhasil mendaratkan pesawat secara darurat di sebuah ladang bawang sekitar empat kilometer dari Bandara Orly.
Pesawat mendarat dengan perutnya dan tergelincir sejauh 300 meter sebelum berhenti. Api kemudian membesar dan melahap seluruh badan pesawat.
Dari 134 orang yang ada di dalam pesawat, hanya 11 orang yang selamat, yaitu sepuluh awak kabin dan satu penumpang.
Mereka berhasil keluar dari pesawat melalui pintu kokpit atau jendela darurat sebelum api menyala.
Sisanya, 123 orang tewas akibat keracunan karbon monoksida atau luka bakar.
Tragedi ini merupakan salah satu bencana penerbangan terburuk yang disebabkan oleh rokok di toilet.
Akibatnya, banyak negara dan maskapai penerbangan yang melarang merokok di dalam pesawat atau menyediakan detektor asap dan sprinkler di toilet pesawat.
Dari 123 orang yang tewas dalam tragedi ini, sebagian besar adalah warga Brasil, termasuk beberapa tokoh terkenal.
Salah satunya adalah Filinto Müller, presiden Senat Brasil yang juga pernah menjadi kepala polisi rahasia di era diktator Getúlio Vargas.
Müller dikenal sebagai salah satu tokoh paling kontroversial dalam sejarah politik Brasil karena terlibat dalam banyak kasus pelanggaran hak asasi manusia, termasuk penyiksaan dan pembunuhan para lawan politik.
Müller sedang dalam perjalanan ke Paris untuk menghadiri konferensi antarparlemen.
Baca Juga: Di Balik Peristiwa Penyanderaan Pilot Susi Air, Mengapa Pemerintah Belum Bisa Membebaskan Sandera?
Tokoh lain yang tewas adalah Jörg Bruder, seorang atlet layar Olimpiade yang pernah meraih medali perunggu di Olimpiade Munich 1972.
Bruder sedang dalam perjalanan ke Denmark untuk mengikuti kejuaraan dunia kelas Finn.
Bruder dianggap sebagai salah satu atlet layar terbaik Brasil dan dunia pada masanya.
Selain itu, ada juga korban dari negara lain, seperti Prancis, Portugal, Jerman, Inggris, Amerika Serikat, Argentina, dan Uruguay.
Beberapa di antaranya adalah pejabat pemerintah, diplomat, pengusaha, jurnalis, seniman, dan turis.
Dari 11 orang yang selamat, hanya satu yang merupakan penumpang, yaitu Ricardo Trajano, seorang mahasiswa teknik sipil berusia 22 tahun.
Trajano selamat karena dia duduk di dekat pintu kokpit dan berhasil keluar dari pesawat bersama para pilot.
Dia mengalami luka bakar ringan di wajah dan tangannya.
Para awak kabin yang selamat adalah João Egidio Galetti, Edemar Goncalves Mascarenas, Carmelino Pires de Oliveira Jr., Sergio Carvalho Balbino, Luiz Edmundo Coelho Brandão, Alain Henri Tersis, Andrea Piha, Elvira Strauss, dan Hanelore Danzberg.
Mereka selamat karena mereka berada di bagian depan pesawat yang tidak terkena asap atau api.
Mereka juga berhasil keluar dari pesawat melalui jendela darurat atau pintu kokpit.
Para awak kabin yang selamat menceritakan pengalaman mereka dalam tragedi ini.
Mereka mengatakan bahwa mereka berusaha menolong para penumpang dengan memberikan masker oksigen dan petunjuk evakuasi, tetapi tidak ada yang bereaksi karena mereka sudah tidak sadar atau meninggal akibat asap.
Mereka juga mengatakan bahwa mereka tidak bisa berkomunikasi dengan para pilot karena sistem interkom rusak.