Find Us On Social Media :

Banyak Sekolah Rusak, Anggaran Perbaikan Masih Kurang Rp14 Triliun

By Tjahjo Widyasmoro, Jumat, 7 Juli 2023 | 20:20 WIB

Sekolahan tempat di mana Ahmad Saidin mengajar.

Intisari-Online.Com - Persoalan pendidikan nasional memang sangat kompleks. Karena bukan hanya soal sarana saja, namun juga prasana pendidikan juga masih banyak persoalan.

Salah satu persoalan yang seakan tidak pernah tuntas adalah rusaknya gedung sekolah. Bahkan angka kerusakannya saat ini menunjukkan tren meningkat.

Menurut data Kemendikbudristek, ruang kelas yang rusak di sekolah negeri seluruh Indonesia bertambah 26% atau 250.000 unit dalam satu tahun terakhir.

Kondisi ini diperparah oleh pandemi Covid-19 yang membuat banyak sekolah tutup dan tidak mendapat perawatan.

Ruang kelas yang rusak terbagi menjadi tiga kategori, yaitu rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan. Rusak berat berarti gedung tidak layak pakai sama sekali, sedangkan rusak sedang dan ringan berarti gedung masih bisa digunakan dengan beberapa perbaikan.

Di jenjang SD, ruang kelas yang mengalami rusak ringan atau sedang mencapai 60%2. Di jenjang SMP, ruang kelas yang mengalami rusak ringan atau sedang sebesar 53,30%2.

Jika melihat berdasarkan wilayah, ruang kelas SD di Bengkulu paling banyak mengalami rusak ringan atau sedang, yaitu 67,70%2.

Penyebab Kerusakan Sekolah

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan sekolah di Indonesia, antara lain:

Kurangnya anggaran dari pemerintah untuk membangun dan merenovasi sekolah. Menurut data Kemendikbudristek, kebutuhan anggaran untuk rehabilitasi sekolah mencapai Rp 17,7 triliun, namun alokasi anggaran hanya Rp 4 triliun.

Tidak meratanya distribusi anggaran antara daerah-daerah. Beberapa daerah mendapat alokasi lebih besar daripada daerah lain, sehingga ada perbedaan kualitas gedung sekolah antar wilayah.

Baca Juga: Bosan Banyak Uang, Sosok Wanita Ini Ikhlas Wakafkan Hotel Dan Restoran Untuk Sekolahan

Adanya korupsi dan penyelewengan dana rehabilitasi sekolah oleh oknum-oknum tertentu. Hal ini menyebabkan dana tidak sampai ke sekolah-sekolah yang membutuhkan, atau digunakan untuk membangun gedung sekolah yang tidak sesuai dengan standar.