Banyak Sekolah Rusak, Anggaran Perbaikan Masih Kurang Rp14 Triliun

Tjahjo Widyasmoro

Penulis

Sekolahan tempat di mana Ahmad Saidin mengajar.

Intisari-Online.Com - Persoalan pendidikan nasional memang sangat kompleks. Karena bukan hanya soal sarana saja, namun juga prasana pendidikan juga masih banyak persoalan.

Salah satu persoalan yang seakan tidak pernah tuntas adalah rusaknya gedung sekolah. Bahkan angka kerusakannya saat ini menunjukkan tren meningkat.

Menurut data Kemendikbudristek, ruang kelas yang rusak di sekolah negeri seluruh Indonesia bertambah 26% atau 250.000 unit dalam satu tahun terakhir.

Kondisi ini diperparah oleh pandemi Covid-19 yang membuat banyak sekolah tutup dan tidak mendapat perawatan.

Ruang kelas yang rusak terbagi menjadi tiga kategori, yaitu rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan. Rusak berat berarti gedung tidak layak pakai sama sekali, sedangkan rusak sedang dan ringan berarti gedung masih bisa digunakan dengan beberapa perbaikan.

Di jenjang SD, ruang kelas yang mengalami rusak ringan atau sedang mencapai 60%2. Di jenjang SMP, ruang kelas yang mengalami rusak ringan atau sedang sebesar 53,30%2.

Jika melihat berdasarkan wilayah, ruang kelas SD di Bengkulu paling banyak mengalami rusak ringan atau sedang, yaitu 67,70%2.

Penyebab Kerusakan Sekolah

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan sekolah di Indonesia, antara lain:

Kurangnya anggaran dari pemerintah untuk membangun dan merenovasi sekolah. Menurut data Kemendikbudristek, kebutuhan anggaran untuk rehabilitasi sekolah mencapai Rp 17,7 triliun, namun alokasi anggaran hanya Rp 4 triliun.

Tidak meratanya distribusi anggaran antara daerah-daerah. Beberapa daerah mendapat alokasi lebih besar daripada daerah lain, sehingga ada perbedaan kualitas gedung sekolah antar wilayah.

Baca Juga: Bosan Banyak Uang, Sosok Wanita Ini Ikhlas Wakafkan Hotel Dan Restoran Untuk Sekolahan

Adanya korupsi dan penyelewengan dana rehabilitasi sekolah oleh oknum-oknum tertentu. Hal ini menyebabkan dana tidak sampai ke sekolah-sekolah yang membutuhkan, atau digunakan untuk membangun gedung sekolah yang tidak sesuai dengan standar.

Kurangnya perawatan dan pemeliharaan gedung sekolah oleh pihak sekolah dan masyarakat. Banyak sekolah yang tidak memiliki dana cadangan untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil yang terjadi seiring waktu.

Solusi Kerusakan Sekolah

Untuk mengatasi masalah kerusakan sekolah di Indonesia, diperlukan langkah-langkah konkret dari berbagai pihak, yaitu:

Pemerintah pusat dan daerah harus meningkatkan alokasi anggaran untuk rehabilitasi sekolah secara signifikan dan merata.Selain itu, pemerintah harus meningkatkan pengawasan dan transparansi penggunaan dana rehabilitasi sekolah agar tidak terjadi korupsi atau penyelewengan.

Kemendikbudristek harus membuat standar kualitas gedung sekolah yang sesuai dengan kondisi geografis dan iklim setiap daerah. Selain itu, Kemendikbudristek harus melibatkan tim profesional untuk merancang dan membangun gedung sekolah yang aman dan nyaman.

Pihak sekolah dan masyarakat harus berperan aktif dalam merawat dan memelihara gedung sekolah. Pihak sekolah harus membuat rencana pemeliharaan rutin dan menyediakan dana cadangan untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil. Pihak masyarakat harus berpartisipasi dalam mengawasi dan melaporkan kerusakan-kerusakan yang terjadi.

Data Yang Lebih Rinci

Berdasarkan data terbaru dari BPS, terlihat bahwa semakin banyak ruang kelas mengalami kerusakan di Tanah Air.

Pada tahun ajaran 2021/2022 angka kerusakan memang mengalami penurunan namun masih dalam tren yang tinggi.

Sementara, pada periode yang sama jumlah ruang kelas sekolah yang mengalami kerusakan ringan tercatat meningkat, ini terjadi di seluruh jenjang pendidikan. Namun demikian, status ruang kelas yang mengalami kerusakan berat tercatat 0% alias tidak ada.

Jika dilihat lebih rinci, berdasarkan data BPS ruang kelas yang mengalami peningkatan kerusakan tertinggi berada di jenjang SD.

Baca Juga: Penjelasan Makna dari Negara Merdeka Menurut Pandangan Siswa SMA

Tercatat ada 60,60% ruang kelas SD dalam kondisi rusak ringan atau sedang pada tahun ajaran 2021/2022. Angka tersebut lebih tinggi 3,47% poin dibandingkan setahun sebelumnya yang sebesar 57,13%.

Angka tersebut lebih tinggi 3,47% poin dibandingkan setahun sebelumnya yang sebesar 57,13%.

Di jenjang SMP, ruang kelas yang mengalami rusak ringan atau sedang sebesar 53,30%. Persentasenya lebih tinggi 2,74% poin dibandingkan pada tahun ajaran 2020/2021 yakni di angka 50,56%.

Jika melihat berdasarkan wilayah, ruang kelas SD di Bengkulu paling banyak mengalami rusak ringan atau sedang, yakni 67,70%. Ruang kelas SMP yang paling banyak mengalami rusak ringan atau sedang terdapat di Maluku Utara, yakni 62,43%.

Di jenjang SMA, ruang kelas di Papua Barat paling banyak mengalami rusak ringan atau sedang dengan persentase sebesar 62,84%. Sedangkan, Papua mencatatkan persentase ruang kelas SMK paling banyak mengalami kerusakan, yakni 58,4%.

Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media #SayaPilihBumi dengan media Intisari National Geographic Indonesia, Infokomputer, dan GridOto.

Artikel Terkait