Penulis
Intisari-online.com - Panji Gumilang, atau yang lebih dikenal dengan nama Abdurrahman bin Muhammad Al Fayyadl, adalah seorang tokoh yang mengklaim memiliki kesaktian dan keilmuan tinggi.
Ia juga merupakan pendiri Pondok Pesantren Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat, yang memiliki luas sekitar 1.500 hektar dan fasilitas mewah.
Namun, siapa sebenarnya Panji Gumilang? Apakah ia benar-benar memiliki kesaktian seperti yang diklaimnya?
Dan bagaimana pandangan para peneliti tentang Pondok Pesantren Al Zaytun yang didirikannya?
Berikut adalah ulasan singkat mengenai Panji Gumilang dan Ponpes Al Zaytun:
1. Panji Gumilang lahir pada tahun 1952 di Bandung. Ia mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW dan memiliki silsilah yang panjang hingga ke Nabi Adam AS.
Ia juga mengaku sebagai Imam Mahdi, yaitu sosok yang akan muncul di akhir zaman untuk memimpin umat Islam.
2. Panji Gumilang mengklaim memiliki kesaktian dan keilmuan tinggi, seperti bisa terbang, berubah wujud, membaca pikiran orang lain, menyembuhkan penyakit, dan lain-lain.
Ia juga mengaku bisa berkomunikasi dengan makhluk halus, seperti jin, malaikat, dan nabi-nabi.
3. Panji Gumilang mendirikan Pondok Pesantren Al Zaytun pada tahun 1996 di Indramayu.
Ponpes ini memiliki luas sekitar 1.500 hektar dan fasilitas mewah, seperti masjid megah, sekolah internasional, rumah sakit, hotel, lapangan golf, dan lain-lain.
Baca Juga: Pangeran Cakraningrat IV, Pemberontak Mataram yang Menjadi Sekutu VOC
Ponpes ini juga memiliki ribuan santri dan pengajar dari berbagai negara.
4. Namun, Ponpes Al Zaytun juga menuai kontroversi dan kritik dari berbagai pihak. Beberapa di antaranya adalah:
Ponpes Al Zaytun diduga melakukan penipuan tanah dan penggelapan dana donatur. Beberapa kasus hukum terkait hal ini telah dilaporkan ke polisi dan pengadilan.
Ponpes Al Zaytun diduga menyimpang dari ajaran Islam yang sesuai dengan Al Quran dan Sunnah. Beberapa doktrin yang diajarkan di sana adalah:
-Menganggap Panji Gumilang sebagai Imam Mahdi dan wajib diikuti oleh semua umat Islam.
- Menganggap Panji Gumilang sebagai penerus Nabi Muhammad SAW dan memiliki wewenang untuk menafsirkan Al Quran sesuai dengan kehendaknya.
- Menganggap Panji Gumilang sebagai pemilik segala sesuatu di dunia dan akhirat.
- Menganggap bahwa hanya santri Al Zaytun yang akan selamat di akhir zaman.
- Mengabaikan atau menentang ulama-ulama lain yang tidak sejalan dengan Panji Gumilang.
- Ponpes Al Zaytun diduga melakukan indoktrinasi dan pemaksaan terhadap para santri dan pengajar. Beberapa tindakan yang dilakukan adalah:
1. Melarang para santri dan pengajar untuk keluar dari lingkungan ponpes tanpa izin dari Panji Gumilang.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Pangeran Mangkubumi Melawan Penyakit Cacar dan Penjajah Belanda
2. Melarang para santri dan pengajar untuk berhubungan dengan keluarga atau teman-teman luar ponpes tanpa izin dari Panji Gumilang.
3. Melarang para santri dan pengajar untuk mengkritik atau menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan Panji Gumilang atau ponpes.
4. Menyiksa atau menghukum para santri dan pengajar yang melanggar aturan atau tidak patuh kepada Panji Gumilang.
Para peneliti yang telah melakukan kajian tentang Panji Gumilang dan Ponpes Al Zaytun umumnya memberikan penilaian negatif dan mengkhawatirkan. Beberapa di antaranya adalah:
- Dr. Ahmad Najib Burhani, peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P LIPI), menyebut Panji Gumilang sebagai seorang "pemimpin kultus" yang memiliki pengaruh besar terhadap para pengikutnya.
Ia juga menyebut Ponpes Al Zaytun sebagai sebuah "komunitas tertutup" yang mengisolasi diri dari masyarakat luas.
- Dr. Rumadi Ahmad, peneliti dari Wahid Institute, menyebut Panji Gumilang sebagai seorang "narsis" yang mengagungkan dirinya sendiri dan mengabaikan otoritas agama lain.
Ia juga menyebut Ponpes Al Zaytun sebagai sebuah "sekte" yang menyimpang dari ajaran Islam yang sesuai dengan Al Quran dan Sunnah.
- Dr. Syafiq Hasyim, peneliti dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menyebut Panji Gumilang sebagai seorang "penipu" yang memanfaatkan kepercayaan dan kebodohan para pengikutnya.
Ia juga menyebut Ponpes Al Zaytun sebagai sebuah "bisnis" yang mengumpulkan harta dan kekuasaan dari para donatur dan santri.