Penulis
Intisari-online.com - James Cameron adalah seorang sutradara film yang terkenal dengan karyanya yang berjudul Titanic.
Film tersebut berhasil meraih 11 piala Oscar pada tahun 1997 dan menjadi salah satu film terlaris sepanjang masa.
Namun, Cameron tidak hanya jago membuat film.
Dia juga memiliki hobi menyelam dan tertarik dengan dunia bawah laut, terutama bangkai kapal Titanic yang berada di Samudra Atlantik.
Sebelum membuat film Titanic, Cameron sudah 33 kali menyelam ke lokasi bangkai kapal Titanic untuk melakukan penelitian.
Pada tahun 2012, dia juga berhasil menyelam ke Palung Mariana, tempat terdalam di bumi, dengan menggunakan kapal selam Deepsea Challenger yang dia rancang sendiri.
Namun, Cameron tidak menyangka bahwa dia akan menyaksikan sebuah tragedi yang sangat mirip dengan tenggelamnya Titanic.
Pada tanggal 18 Juni 2023, kapal selam wisata Titan yang dimiliki oleh OceanGate Expedition menghilang saat sedang melakukan wisata ke bangkai kapal Titanic.
Lima orang penumpang kapal selam tersebut ditemukan tewas setelah puing-puing kapal selam ditemukan di dasar laut .
Salah satu korban tewas adalah Paul-Henry Nargeolet, seorang penyelam dari Prancis yang merupakan sahabat baik Cameron.
Mereka pernah bekerja sama dalam beberapa ekspedisi ke Titanic.
Baca Juga: Kapal Selam Titan Yang Telusuri Jejak Kapal Titanic Sudah Hancur, Penumpangnya Tewas Semua
Cameron merasa sangat terpukul dan kaget dengan kejadian tersebut. Dia juga mengatakan bahwa ada kesamaan antara tragedi kapal selam Titan dan Titanic.
Menurut Cameron, kedua tragedi itu terjadi karena adanya peringatan yang diabaikan.
Titanic diketahui sudah mendapat peringatan tentang adanya gunung es di jalur pelayarannya, namun kapten kapal tetap melaju dengan kecepatan penuh dan pencahayaan minim.
Sementara itu, Titan dibuat dengan teknologi yang kurang ideal dan eksperimental.
Banyak praktisi eksplorasi bawah laut yang menentang pembuatan kapal selam wisata tersebut, namun OceanGate Expedition tidak menghiraukannya.
"Saya sangat ragu dengan teknologi yang mereka gunakan. Saya tidak akan mau naik ke kapal selam itu," ucap Cameron kepada BBC.
Dia menambahkan bahwa saat kapal selam Titan kehilangan navigasi dan komunikasi, dia langsung menduga akan terjadi sesuatu yang buruk.
"Saya merasakan apa yang telah terjadi. Elektronik di kapal selam itu, sistem komunikasinya, dan transponder pelacaknya rusak secara bersamaan. Kapal selam itu akhirnya hilang," kata Cameron.
Cameron mengatakan bahwa eksplorasi bawah laut dengan menggunakan kapal selam harus dilakukan dengan sangat teliti, cermat, dan terukur.
Dia mencontohkan pengalamannya saat menggunakan Deepsea Challenger yang dibuat dari bahan baja dan kaca akrilik.
Dia juga melakukan simulasi komputer secara berulang-ulang untuk memastikan keamanan dan kelayakan kapal selamnya.
"Saat itu saya mendesain sebuah kapal selam yang bisa menyelam tiga kali lebih dalam dari lokasi reruntuhan Titanic berada dan saya mengerti ada banyak hal serius yang harus dipertimbangkan saat ingin melakukan observasi bawah laut," ujar Cameron.
Cameron berharap bahwa tragedi kapal selam Titan bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak yang ingin menjelajahi dunia bawah laut.
Dia juga berdoa agar keluarga korban bisa tabah menghadapi musibah ini.
"Ini adalah tragedi yang sangat mirip di mana peringatan tidak diindahkan. Dan terjadi di tempat yang sama persis. Saya hanya berpikir itu mengherankan, itu benar-benar tidak nyata," tutup Cameron.