Penulis
Spekulasi soal siapa cawapres yang bakal emndampingi Anies Baswedan membuat hubungan NasDem dan Demokrat memanas.
Intisari-Online.com -Ada kabar yang menyebut bahwa hubungan Partai Demokrat dan NasDem sedang memanas.
Hal ini diduga disebabkan oleh spekulasi calon wakil presiden yang akan mendampingi Anies Baswedan.
Kita tahu, dua partai tersebut adalah bagian dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Belum lama ini Demokratmendesak agar deklarasi bakal cawapres Anies Baswedan segera dilakukan.
Mereka berlasan,hari pemungutan suara Pemilu 2024 semakin dekat.
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) Ketua Umum Partai Demokrat berkata, durasi kampanye terlalu singkat, yakni cuma 75 hari, Rabu (7/6).
Putra Susilo Bambang Yudhoyono itu bilang, "Kami punya kewajiban untuk mengingatkan, ini sudah bulan Juni. Waktu pemilu tinggal sekian bulan lagi."
Dia menambahkan, "Kalau kita mau sukses, jadi Indonesia itu besar dan penduduknya banyak, maka kita butuh persiapan."
AHY mengklaim banyak mendapat aspirasi dari masyarakat yang menginginkan Anies segera umumkan bakal cawapresnya.
Semakin cepat cawapres diumumkan, peluang kemenangan Koalisi Perubahan akan semakin tinggi.
Meski demikian, Nasdem tidak sepakat atas pandangan Demokrat itu.
Nasdem menilai, pengumuman sosok cawapres tidak boleh terburu-buru, keputusan sepenting itu harus dipertimbangkan matang-matang.
Taufik Basari Ketua DPP Partai Nasdem, menyebut, turunnya elektabilitas Anies bukan sebab faktor cawapres yang tak kunjung dideklarasikan.
Menurutnya deklarasi cawapres tidak bisa dipatok waktu, sebab pengumuman cawapres harus mempertimbangkan dinamika politik yang terus berubah dan dinamis.
"Kita dinamis saja. Namanya politik kan bisa tiba-tiba ada sesuatu hal yang harus segera, (atau) bisa saja jadi mundur," katanya.
"Kayak gitu kan dinamis lah, enggak bisa dipatok harus begini."
Sedangkan, Ahmad Sahroni Bendahara Umum Partai Nasdem berujar, deklarasi cawapres bukanlah suatu hal yang mudah.
Terlebih, di Koalisi Perubahan untuk Persatuan terdapat tiga partai yang terus berkomunikasi soal cawapres Anies Baswedan.
"Kan tidak semudah itu mengumumkan. Karena 3 partai koalisi masih terus berkomunikasi dengan signifikan, kapan (deklarasi), entah hari apa itu, yang tahu hanya para ketum," ucap Sahroni di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (8/6/2023).
Belakangan, soliditas Koalisi Perubahan untuk Persatuan pun dipertanyakan sebab perbedaan pandangan kedua partai ini yang kian terasa tajam.
Koalisi tak kokoh
Dilansir Kompas.com, melihat ini, Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama, Ari Junaedi, menilai bahwa fondasi kerja sama antara Nasdem, Demokrat, dan PKS di bawah payung Koalisi Perubahan untuk Persatuan kurang kokoh.
Di satu sisi, Demokrat kurang bersabar menghadapi dinamika politik yang terjadi.
Seharusnya, Demokrat sedari awal memahami kesepakatan bahwa ihwal bakal cawapres diserahkan sepenuhnya ke Anies.
Ari pun menilai, tidak tepat bila merosotnya elektabilitas Anies belakangan ini disebabkan lambannya pengumuman sosok cawapres.
Sebab, dua bakal capres lain yang elektabilitasnya mengungguli Anies, yaitu Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, juga belum mengumumkan calon pendampingnya.
“Terlalu prematur jika ketiadaan nama bakal cawapres saat ini dianggap sebagai penyebab anjloknya elektabilitas Anies,” kata Ari kepada Kompas.com, Jumat (9/6/2023).
Ari setuju Demokrat masih kurang all out dalam mempromosikan Anies.
Ketimbang Anies, partai bintang mercy tersebut lebih banyak menjual AHY di baliho-baliho yang terpampang di berbagai daerah.
“Demokrat terkesan ambigu antara malu-malu menjual Anies, tapi terus menjajakkan AHY di setiap kesempatan,” ujarnya.
Ari menduga, desakan percepatan deklarasi cawapres ini merupakan ancang-ancang Demokrat seandainya AHY tak dipilih jadi cawapres Anies.
Jika dalam waktu dekat Anies mengumumkan nama cawapres selain AHY maka Demokrat bisa saja hengkang dari Koalisi Perubahan.
AHY dan jajarannya pun masih punya cukup waktu mencari koalisi baru untuk berlabuh.
“Demokrat tentu punya kalkulasi politik dan hitung-hitungan, apakah tetap bertahan di kubu Koalisi Perubahan, atau cabut di tengah terus merosotnya elektabilitas di nomor buncit,” ucapnya.
Ari pun menilai, situasi ini rawan buat keutuhan Koalisi Perubahan. Agar kongsi tetap utuh, menurut dia, semua partai anggota koalisi perlu diteguhkan ulang komitmennya.
“Apakah akan terus seiring bersama, atau bubar jalan,” tutur dosen Universitas Indonesia itu.