Penulis
Intisari-online.com - Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim yang pernah berjaya di Nusantara pada abad ke-7 hingga ke-13 Masehi.
Kerajaan ini tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan dan politik, tetapi juga sebagai pusat pendidikan agama Buddha.
Banyak biksu dari berbagai negara yang datang ke Sriwijaya untuk mempelajari ajaran Buddha dari para guru besar yang tinggal di sana.
Salah satu guru besar Buddhis yang berasal dari Sriwijaya adalah Dharmakrti, atau juga dikenal dengan nama Serlingpa Dharmakirti atau Suvarnadvipi Dharmakirti.
Ia adalah seorang pangeran yang terlahir dalam keluarga kerajaan Sriwijaya, Vijayendra-raja.
Ia memilih menjadi seorang biksu setelah bertemu dengan Acharya Mahasriratna di India yang menunjukkan padanya jalan pembebasan.
Dharmakrti belajar dari berbagai guru di India dan mencapai pengetahuan tanpa batas.
Ia terkenal sebagai seorang mahaguru yang memiliki ajaran luas, realisasi dan siddhi.
Pencapaian yang diraih olehnya terutama mengenai Bodhicitta, yaitu sikap batin yang bertekad untuk mencapai pencerahan demi kesejahteraan semua makhluk.
Dharmakrti juga dikenal sebagai guru dari Atisha, seorang pandita Buddhis terbesar dari India yang berperan penting dalam membangun gelombang kedua Buddhisme di Tibet.
Atisha belajar di bawah bimbingan Dharmakrti selama dua belas tahun di Sriwijaya dan mendapatkan transmisi ajaran yang berasal dari silsilah Maitreya dan Manjushri.
Baca Juga: Sosok Fa Hsien, Sang Pengelana yang Membawa Agama Buddha ke Nusantara
Salah satu karya penting yang dihasilkan oleh Dharmakrti adalah 'Wheel of Sharp Weapons' (Tib. blo-sbyong mtshon-cha 'khor-lo), yang merupakan catatan penting bagi aliran Mahayana.
Karya ini berisi tentang cara melatih pikiran untuk menyamakan dan menukar diri sendiri dengan makhluk lain.
Serta berlatih secara sukarela menerima beban kesengsaraan dan penderitaan dari makhluk lain dan memberikan kepada mereka segala kesehatan dan kebahagiaan.
Dharmakrti juga pernah menyusun kritik terhadap isi kitab Abhisamayalamkara.
Salah satu teks klasik tentang paramita atau kesempurnaan.
Kitab ini berisi tentang penjelasan mengenai ajaran Prajnaparamita atau kesempurnaan kebijaksanaan.
Dharmakrti menulis kritiknya dengan tujuan untuk menjernihkan makna sebenarnya dari kitab tersebut dan menghindari kesalahpahaman.
Dharmakrti adalah sosok biksu yang sangat dihormati di Sriwijaya maupun di India.
Ia merupakan guru Bodhhichitta dan biksu tertinggi di Sriwijaya.
Ia juga merupakan pemegang tunggal silsilah ajaran Bodhicitta yang otentik terutama tentang tujuh instruksi menukar diri dengan makhluk lain.
Ia meninggalkan warisan ajaran yang sangat berharga bagi perkembangan Buddhisme di Nusantara dan Tibet.
Baca Juga: Di Balik Peristiwa Biksu Thailand Lakukan Thudong, Ini Alasan Candi Borobudur Yang Dipilih