Find Us On Social Media :

Pekerja Berstatus Single Paling Tidak Bahagia

By Esra Dopita M Sidauruk, Jumat, 10 Juli 2015 | 06:00 WIB

Pekerja Berstatus Single Paling Tidak Bahagia

Intisari-Online.com - Apakah kamu pekerja yang berstatus single? Jika iya, berarti kamu tidak bahagia. Sebuah penelitian terbaru di Australia, mengungkapkan, dari semua pekerja, pekerja berstatus single paling tidak bahagia. Populasi Australia telah dibagi oleh "profiler" ke dalam lima kategori dalam upaya untuk memahami kehidupan dan masalah-masalah mereka yang mempengaruhi kesejahteraan.

Penelitian, yang dirilis oleh Keluarga federal, Layanan Masyarakat, dan Departemen Urusan Adat, mensurvei 6000 orang dewasa, yang mempertanyakan 'kelompok' tentang pekerjaan, hubungan, keuangan, kesejahteraan, kesehatan, dan perilaku berisiko. Hasil survei menunjukkan, pekerja berstatus single paling tidak bahagia dibandingkan pensiunan, pasangan bekerja, dan keluarga muda. Para peneliti mencatat, survei kelompok adalah “broadbrush” tapi cukup signifikan untuk mengkategorikan setiap kelompok.

Kelompok single, yang berusia rata-rata 33 tahun, termasuk single yang bekerja penuh waktu, mendapatkan lebih dari pendapatan rata-rata, dan memiliki kepuasan kerja yang adil. Namun meskipun semua hal di atas serta memiliki hubungan baik dengan keluarga dan teman-teman, mereka tidak bahagia dengan status lajang mereka dan memiliki kepuasan hidup yang rendah.

Satu-satunya orang Australia yang tidak bahagia adalah mereka yang hidup di pinggiran, orang tua tunggal, pengangguran, dan mereka yang cacat. Psikolog Evelyn, mengatakan, pekerja single dengan jam kerja yang panjang merasa tidak puas karena tidak memiliki pasangan. “Mereka akan menjadi cemas, stres, dan depresi setiap waktu,” ucapnya seperti dikutip dalam The Daily Telegraph.

Namun, Universitas Flinders kesehatan dan kesejahteraan ahli, Profesor Carol Grbich, mengatakan, ada dua cerita tentang single. "Survei tersebut cocok dengan apa yang telah terjadi dengan single untuk waktu yang lama, tapi pertanyaannya adalah mengapa?,"Kata Grbich. Grbich menambahkan, tentu saja, adalah single yang mengalami depresi, yang bunuh diri di tingkat yang lebih tinggi. “Perasaan saya adalah masyarakat terjebak dalam tahap transisi antara coupledom dan singledom dan jangkauan pilihan lain, tetapi bagi sebagian orang, mereka tidak menyesuaikan,” katanya. (TimesofIndia