Find Us On Social Media :

Waspada Wabah Sindrom 'Mager' di Kantor

By Esra Dopita M Sidauruk, Selasa, 1 September 2015 | 15:00 WIB

Waspada Wabah Sindrom 'Mager' di Kantor

Intisari-Online.com - Kemajuan teknologi bak pisau bermata dua. Di satu sisi, memberi kemudahan, namun di sisi lain mengancam kesehatan.Salah satunya gaya hidup sedentary alias kurang gerak. Istilah anak sekarang sindrom “mager” alias males bergerak yang diam-diam terus meluas. Dan yang paling berisiko terkena akibat dari perilaku ini adalah para pekerja kantoran. Maka, penting bagi pekerja kantoran untuk waspada wabah sindrom “mager” di kantor

Dalam Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang dirilis Kementerian Kesehatan RI, penduduk DKI Jakarta termasuk dalam kategori yang paling kurang aktif bergerak. Cuma sekitar 55,5% saja yang aktivitas fisiknya cukup. Sisanya, beraktivitas kurang dari atau sama dengan 150 menit setiap minggu.

Seperti dikutip dalam laman BBC, Dr. Mike Loosemore, kepala kedokteran olahraga di University College Hospital, mengatakan kurang aktivitas dan perilaku kurang gerak merupakan salah satu tantangan terbesar dalam kesehatan masyarakat saat ini. Dan yang paling berisiko terkena akibat dari perilaku ini adalah para pekerja kantoran. Kebiasaan duduk terlalu lama merupakan salah satu kebiasaan mereka yang paling buruk. Padahal kondisi itu dapat saja mengundang berbagai penyakit di kemudian hari.

Dr. Michael Triangto SpKo, dokter spesialis olahraga di Jakarta, mengakui, kecanggihan teknologi menjadi salah satu yang membuat manusia tidak bergerak. Padahal, menurut dia, seharusnya teknologi hanya memudahkan manusia, bukan membuat manusia menjadi diam. Seperti halnya  alat olahraga atau gym yang menggunakan teknologi dibuat untuk membantu manusia bergerak. Namun, nyatanya tetap saja manusia malas bergerak.

Padahal, dari seluruh waktu dalam sehari atau 24 jam, kita dituntut setidaknya 16 jam untuk aktif, termasuk berolahraga. Baru sisanya, yakni delapan jam, untuk tidak bergerak yaitu saat tidur. Artinya, untuk hidup sehat, kita butuh waktu gerak lebih banyak dibandingkan diam.

“Cukup 30 menit sehari, selama lima hari. Terpenting 150 menit per minggu untuk berolahraga itu terpenuhi. Jika lebih dari itu juga tidak baik bagi kesehatan,” kata direktur dari Slim and Health Sports Therapy RS Mitra Kemayoran ini. (Majalah Intisari edisi September 2015)