Penulis
Intisari-online.com - Pangeran Seda Krapyak adalah anak dari Panembahan Senopati, raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mataram Islam.
Ia dilahirkan pada tahun 1586 dengan nama asli Panembahan Hadi Hanyokrowati.
Ia menerima warisan takhta Mataram Islam setelah ayahnya meninggal pada tahun 1601.
Pangeran Seda Krapyak meneruskan cita-cita ayahnya untuk menggabungkan Pulau Jawa di bawah kekuasaan Mataram dan menghalau kekuasaan asing dari Nusantara.
Salah satu kekuasaan asing yang menjadi lawan utama Mataram adalah VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) atau Kongsi Dagang Hindia Belanda.
VOC dibentuk pada tahun 1602 oleh Belanda dengan tujuan untuk mengendalikan dan memonopoli perdagangan rempah-rempah di Asia, terutama Indonesia.
VOC juga terus berusaha memonopoli perdagangan di Jawa yang membuat para pedagang pribumi mulai mengalami kemunduran.
Oleh karena itu, Pangeran Seda Krapyak sangat menentang eksistensi VOC di Nusantara, terutama di Jawa.
Salah satu perlawanan Pangeran Seda Krapyak terhadap VOC terjadi pada tahun 1618, ketika Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterzoon Coen memerintahkan anggotanya, Vander Marct menyerang Jepara.
Penyerangan ini membuat Mataram mengalami kerugian yang sangat besar.
Pangeran Seda Krapyak tidak tinggal diam dan membalas serangan tersebut dengan mengirim pasukan Mataram ke Jepara.
Baca Juga: Inilah Weton Titisan Panembahan Senopati, Apa Saja Ciri-ciri dan Keistimewaannya?
Pertempuran sengit pun terjadi antara Mataram dan VOC di Jepara.
Sayangnya, Pangeran Seda Krapyak gugur dalam pertempuran tersebut pada tahun 1619.
Meski demikian, perlawanan Pangeran Seda Krapyak terhadap VOC tidak sia-sia.
Ia berhasil menunjukkan bahwa Mataram adalah kerajaan yang tangguh dan berani melawan penjajah.
Kemudian berhasil mewariskan semangat perjuangan kepada putranya, Sultan Agung, yang kemudian melanjutkan perlawanan terhadap VOC dengan lebih gigih dan strategis.
Pangeran Seda Krapyak adalah salah satu pahlawan Mataram Islam yang patut dihormati dan diingat.
Ia adalah penerus Kerajaan Mataram Islam yang tidak gentar berperang melawan VOC demi menjaga kedaulatan dan kesejahteraan rakyatnya.
Setelah kematian Pangeran Seda Krapyak, takhta Mataram Islam diwarisi oleh putranya yang bernama Raden Mas Jolang atau Sultan Agung.
Beliau adalah raja ketiga Mataram yang berkuasa untuk periode 1613-16451.
Kemudian melanjutkan cita-cita ayahnya untuk menyatukan Pulau Jawa dan mengusir VOC dari Nusantara.
Sultan Agung memperluas wilayah kekuasaan Mataram dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di Jawa, seperti Surabaya, Madura, Pasuruan, Tuban, dan lain-lain.
Baca Juga: Misteri Pasukan Ghaib Mataram Islam Konon Membantu Menghancurkan Kerajaan Pajang
Ia juga memperkuat pertahanan Mataram dengan membangun benteng-benteng dan menyiapkan pasukan yang terlatih dan bersenjata lengkap.
Sultan Agung juga tidak menyerah untuk melawan VOC yang terus mengganggu perdagangan dan kedaulatan Mataram.
Selanjutnya elakukan dua kali serangan besar-besaran terhadap VOC di Batavia pada tahun 1628 dan 1629.
Serangan pertama dipimpin oleh Tumenggung Bahurekso dan serangan kedua dipimpin oleh Dipati Puger dan Dipati Purbaya.
Sayangnya, kedua serangan tersebut gagal karena VOC memiliki pertahanan yang kuat dan bantuan dari Belanda.
Selain itu, pasukan Mataram juga mengalami kesulitan dalam hal logistik dan penyakit.
Meski demikian, serangan-serangan Sultan Agung berhasil melemahkan VOC secara ekonomi dan politik.