Tidak Bahagia di Rumah Buat Bos Jadi Kasar di Kantor

Esra Dopita M Sidauruk

Penulis

Tidak Bahagia di Rumah Buat Bos Jadi Kasar di Kantor

Intisari-Online.com - Sebuah penelitian yang diterbitkan di Academy of Management Journal mengungkapkan, atasan atau bos yang mengalami frustasi atau kurang bahagia di rumah dapat menjadi kasar secara verbal terhadap bawahannya di tempat kerja.

“Kami menemukan bahwa bos yang mengalami lebih banyak konflik keluarga akan cenderung melakukan kekerasan verbal kepada karyawan mereka,” kata salah satu peneliti, Stephen Courtright, profesor manajemen di Texas A & M University, Amerika Serikat.

Court menjelaskan, hal ini terjadi karena bos tersebut mengalami konflik keluarga dengan tingkat yang tinggi serta mengalami "penipisan ego" yang tinggi, yang kemudian menyebabkan cenderung lebih sering melakukan kekerasan verbal atau lisan.

Menipisnya ego adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengontrol dorongan hati yang disebabkan oleh kelelahan mental. “Dan konflik keluarga-pekerjaan terjadi ketika tuntutan keluarga atau masalah mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bekerja,” ucap Courtright.

Untuk meneliti hubungan antara permasalahan di rumah dengan kekerasan verbal yang dilakukan oleh bos terhadap karyawannya, para peneliti pertama kali melakukan penelitian dengan mengirim survei yang dilakukan selama empat bulan terhadap lebih dari 150 manajer tingkat menengah dan semua karyawan yang melaporkan langsung kepada mereka di sebuah perusahaan Fortune 500 di AS dan Kanada.

Kemudian penelitian dikembangkan kepada hampir 100 manajer menengah dan tingkat senior dalam organisasi yang mencakup 20 industri yang berbeda di seluruh AS.

Para peneliti menemukan bahwa bos memang melemparkan frustasi yang mereka alami di rumah kepada karyawan mereka di tempat kerja. Tidak bahagia di rumah buat bos jadi kasar di kantor. Selain itu, ditemukan juga bahwa bos perempuan lebih mungkin untuk melakukan kekerasan verbal kepada karyawan.

“Secara tradisional, perempuan di dorong untuk menjauhkan perhatiannya terkait pekerjaan dan berfokus pada masalah atau tingkat stres yang dihadapi di rumah. Akibatnya, perempuan mengalami deplesi ego yang lebih tinggi, yang pada gilirannya banyak melakukan kekerasan verbal,” ungkap Courtright. (Time of India)