Bikin Sosok Raja George III Jadi 'Gila', Inilah Porphyria, Penyakit yang Ditandai Urine Berwarna Biru

Ade S

Penulis

Salah satu adegan dalam film 'The Madness of King George'. Berikut ini ulasan tentang porphyria yang diduga jadi penyebab suami Ratu Charlotte, Raja George III menjadi gila.

Intisari-Online.com -Sejak 4 Mei 2023, Netflix mulai menayangkan film "Queen Charlotte: A Bridgerton Story".

Film ini adalah sebuah drama sejarah yang mengisahkan kisah cinta dan kekuasaan Ratu Charlotte, istri dari Raja George III.

Namun, tahukah Anda bahwa sosok Raja George III adalah salah satu raja Inggris yang paling terkenal karena mengalami gangguan mental yang disebut porphyria?

Apa itu porphyria dan bagaimana penyakit ini mempengaruhi kehidupan sang raja?

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang porphyria, sebuah penyakit langka yang ditandai dengan urine berwarna biru atau ungu.

Kita juga akan melihat bagaimana porphyria diduga menjadi penyebab gangguan mental Raja George III yang membuatnya dijuluki sebagai "Raja Gila" atau "Mad King George".

Siapa Sosok Raja George III?

Raja George III adalah raja Inggris dan Irlandia dari tahun 1760 hingga 1801, dan raja Britania Raya dan Irlandia dari tahun 1801 hingga 1820.

Melansir Britannica, Raja George III dikenal sebagai salah satu raja yang paling kontroversial dalam sejarah Inggris.

Ia menghadapi banyak tantangan selama masa pemerintahannya, seperti Perang Tujuh Tahun, Revolusi Amerika, Perang Napoleon, dan Pemberontakan Irlandia.

Baca Juga: Pernah Mengoceh 58 Jam Non-Stop karena Penyakit Aneh, Ini Sederat Fakta Unik Sosok George III

Namun, salah satu hal yang paling menarik perhatian publik adalah kondisi kesehatan mental Raja George III.

Ia sering mengalami episode-episode kebingungan, halusinasi, paranoia, kekerasan, dan perilaku aneh lainnya yang membuatnya dijuluki sebagai "Raja Gila" atau "Mad King George".

Episode-episode ini semakin parah seiring bertambahnya usia sang raja, hingga ia tidak mampu menjalankan tugas-tugasnya sebagai raja dan harus digantikan oleh putranya sebagai pemangku takhta.

Apa Penyebab Gangguan Mental Raja George III?

Penyebab gangguan mental Raja George III masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli sejarah dan medis.

Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan kondisi sang raja, seperti skizofrenia, bipolar disorder, arsenic poisoning, lead poisoning, atau penyakit Huntington.

Namun, salah satu teori yang paling populer dan banyak diterima adalah bahwa Raja George III menderita porphyria.

Melansir National Institutes of Health, porphyria adalah sebuah kelompok penyakit langka yang disebabkan oleh gangguan metabolisme zat bernama porfirin.

Porfirin adalah zat yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, yaitu protein yang mengangkut oksigen dalam darah.

Porphyria dapat menyebabkan berbagai gejala fisik dan mental pada penderitanya, seperti nyeri perut, mual, muntah, sembelit, kejang otot, kelemahan saraf, kulit sensitif terhadap cahaya matahari, depresi, kecemasan, halusinasi, delusi, agitasi, dan perilaku ganas.

Salah satu gejala yang paling khas dari porphyria adalah urine berwarna biru atau ungu saat terkena udara. Gejala ini disebabkan oleh penumpukan porfirin dalam urine yang bereaksi dengan oksigen dan mengubah warnanya.

Baca Juga: Kisah George III, Raja Gila dari Kerajaan Inggris yang Lahir Prematur hingga Kegilaannya yang Kumat-kumatan Membuatnya Lemah dan Buta

Apakah Raja George III Benar-Benar Menderita Porphyria?

Teori porphyria sebagai penyebab gangguan mental Raja George III pertama kali diajukan oleh seorang psikiater bernama Ida Macalpine pada tahun 1966.

Melansir artikel ilmiah berjudul King George III and porphyria: a clinical re-examination of the historical evidence,Macalpine disebutkan menganalisis catatan-catatan medis dan surat-surat pribadi sang raja, dan menemukan bahwa gejala-gejala yang dialami sang raja cocok dengan gejala porphyria.

Teori ini kemudian mendapat dukungan dari beberapa penelitian ilmiah yang menggunakan metode genetik, kimia, dan sejarah.

Misalnya, pada tahun 1998, seorang ahli genetika bernama Martin Warren menemukan bahwa Raja George III memiliki mutasi genetik yang dapat menyebabkan porphyria.

Pada tahun 2005, seorang ahli sejarah bernama Timothy Peters menemukan bahwa ada beberapa anggota keluarga sang raja yang juga menderita porphyria atau gejala-gejala serupa.

Namun, teori porphyria juga mendapat kritik dan penolakan dari beberapa ahli lain yang meragukan validitas dan akurasi sumber-sumber data yang digunakan.

Misalnya, pada tahun 2017, seorang ahli psikiatri bernama Peter Garrard menemukan bahwa catatan-catatan medis dan surat-surat pribadi sang raja telah dimanipulasi oleh dokter-dokternya untuk menyembunyikan kondisi sebenarnya sang raja.

Pada tahun 2019, seorang ahli biokimia bernama Timothy Cox menemukan bahwa tes genetik yang dilakukan oleh Warren tidak dapat diandalkan karena menggunakan sampel DNA yang tidak jelas asal-usulnya.

Terakhir, pada tahun 2020, seorang ahli medis bernama Adrian Raine menemukan bahwa gejala-gejala yang dialami sang raja lebih cocok dengan penyakit Huntington daripada porphyria.

Demikian ulasan tentangporphyria yang diduga jadi penyebab suami sosok Ratu Chatlotte, Raja George III menjadi gila. Semoga menambah wawasan Anda.

Baca Juga: Pernah Mengoceh 58 Jam Non-Stop karena Penyakit Aneh, Ini Sederat Fakta Unik Sosok George IIIBaca Juga: Depresi Hingga Lahirkan Bayi Mati Usai Suaminya Disfungsional, Inilah Ratu Charlotte, Sosok Ratu Inggris Multiras Pertama

Artikel Terkait