Penulis
Otoritas setempat menyebut sawah longsor yang terjadi di Ponorogo masuk dalam kategori likuefaksi.
Intisari-Online.com -Baru-baru ini viral video 30 detik tentang sawah yang longsor di Ponorogo.
Peristiwa itu terjadi di Desa Tumpak Pelem, Kecamatan Sawo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Kabarnya, peristiwa serupa di tempat yang sama pernah terjadi pada 40 tahun lalu.
Menurut keterangan Kabid Kedarutatan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Ponorogo, fenomena itu merupakan likuefaksi tanah.
Kejadian serupa pernah terjadi 40 tahun lalu.
"Video viral kemarin itu namanya likuefaksi. Kejadian berulang karena 40 tahun lalu pernah terjadi di sini," kata Surono.
Namun setelah terbawa longsor, tanah itu dijadikan sawah lagi.
Namun bentuk sawahnya terasering.
Surono menyatakan, likuefaksi terjadi bermula saat tanah gerak yang membentuk retakan di sawah.
Menurutnya, kejadian kemarin itu berawal dari tanah gerak di lokasi.
Retakan tanah itu kemudian kemasukan air yang berasal dari sumber air terdekat.
"Air yang masuk ke dalam tanah retak itu kemudian membentuk titik jenuh lantaran ada beban. Dengan demikian kejadian longsor berawal dari tanah retak ditambah kemasukan air dari sumber air," kata Surono.
Menurut Surono, longsoran kemudian menuju arah sungai dan jembatan yang berada di bawah sawah.
Lalu apa itu likuefaksi?
Bagaimana bisa terjadi fenomena likuefaksi?
Dilansir Institut Teknologi Bandung (ITB), ahli geologi dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Dr. Eng. Imam Achmad Sadisun, mengatakan, likuefaksi merupakan perubahan material yang padat (solid), dalam hal ini berupa endapan sedimen atau tanah sedimen, menjadi seperi cairan (liquid).
Dr. Imam menjelaskan, fenomena likuefaksi sebenarnya hanya bisa terjadi pada tanah yang jenuh air (saturated).
Air tersebut terdapat di antara pori-pori tanah dan membentuk yang disebut sebagai tekanan air porii.
Dalam hal ini, tanah yang berpotensi mengalami likuifaksi umumnya tersusun dari material yang didominasi oleh ukuran pasir.
Ketika ada gempa bumi yang menghasilkan gaya guncangan yang sangat kuat dan tiba-tiba, tekanan air pori naik seeketika hingga terkadang melebihi kekuatan gesek tanah tersebut.
Proses inilah yang menyebabkan terjadinya likuifaksi dan material pasir penyusun tanah menjadi seakan melayang di antara air.
Menurut Dr. Imam, jika posisi tanah berada di suatu kemiringan, tanah dapat ‘bergerak’ ke bagian bawah lereng sehingga benda-benda di atasnya, seperti rumah, tiang listrik, pohon, dan lain-lain ikut terbawa.
Potensi terjadinya likuefaksi
Menurut Imam, potensi likuefaksi pada suatu wilayah bisa diidentifikasi, bahkan dihitung.
Identifikasi ini bisa dilihat dari jenis tanahnya yang umumnya berupa pasir hingga pendekatan analitik kuantitatif, dengan menghitung indeks potensi lukuifaksi.
Secara umum, fenomena likuifksi terjadi pada wilayah yang rawan terjadi gempa bumi, muka air tanah dangkal, dan tanahnya kurang terkonsilidasi dengan baik.
Masih menurut Imam, likuefaksi biasanya terjadi pada gempa bumi di atas 5 SR dengan kedalaman sumber gempanya termasuk kategori dangkal.
Material yang terlikuefaksi ini berada pada kedalaman sekitar 20 meter, meski terkadang lebih dari 20 meter, bergantung penyebaran tanahnya.
Fenomena likuifaksi pun hanya terjadi di bawah muka air tanah dan tidak terjadi di atas muka air tanah.
Mitigasi bencana likuifaksi
Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai upaya mitigasi bencana likuifaksi.
Yaitu:
1. Evaluasi kondisi geologi Evaluasi kondisi geologi berguna untuk mengenali sifat fisik dari material pembentuk lapisan tanah dan umurnya.
2. Evaluasi kondisi kegempaan Likuifaksi hanya terjadi jika ada eenergi dan durasi gempa bumi yang cukup untuk memicunya.
Besarnya energi dan durasi ini menjadi batas ambang dengan kemampuan lapisan tanah untuk meredamnya.
3. Evaluasi kondisi muka air tanah Kondisi lapisan tanah yang jenuh air ketika terinduksi gelombang gempa bumi akan menunjukkan kerentanan yang sangat tinggi untuk terlikuifaksi.
Upaya konkret dalam bentuk koordinasi dan sinkronisasi data antar lembaga harus diinisiasi untuk memperoleh gambaran yang akurat akan ketiga kondisi tersebut.
Itulah beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang likuefaksi atau yang secara umum diketahui sebagai tanah amblas.