Find Us On Social Media :

Menguak Peristiwa 15.000 Rakyat Lampung Turun ke Jalanan, Tuntut Mundur Residen Lampung Pertama

By Afif Khoirul M, Sabtu, 6 Mei 2023 | 14:00 WIB

Ilustrasi - kota Lampung.

Intisari-online.com - Pada tanggal 9 September 1946, sekitar 15.000 rakyat Lampung melakukan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut mundurnya residen Lampung pertama, Mr. Abdul Abbas.

Demonstrasi ini dipicu oleh ketidakpuasan rakyat terhadap tindakan atau kebijakan pemerintah yang dianggap tidak melindungi kepentingan mereka, terutama dalam hal kenaikan harga beras yang semakin menggila.

Mr. Abdul Abbas adalah seorang tokoh Parindra (Partai Indonesia Raya) yang lahir di Binjai, Sumatra Utara pada 11 Agustus 1906.

Ia menamatkan pendidikan Recht Hogeschool (RHS) atau Sekolah Tinggi Hukum di Batavia pada 1938 dan melanjutkan studi hukum ke Universitas Leiden, Belanda.

Setelah kembali ke Indonesia, ia bekerja sebagai pengacara di Lampung dan menjadi ketua Shu Sangi Kai, semacam dewan penasihat yang dibentuk Jepang di setiap keresidenan.

Menyusul kekalahan Jepang pada 15 Agustus 1945, ia bersama dengan Mr. Teuku Mohammad Hasan dan dr. Mohammad Amir dipilih sebagai wakil Sumatra untuk mengikuti rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di Jakarta.

Sekembalinya ke Lampung, ia diangkat sebagai residen Lampung oleh Gubernur Sumatra Teuku Mohammad Hasan pada 3 Oktober 19451.

Namun, jabatannya sebagai residen Lampung tidak berlangsung lama karena ia diturunkan oleh rakyat yang tidak puas dengan kepemimpinannya.

Rakyat Lampung yang tergabung dalam Panitia Perbaikan Masyarakat (PPM) menggelar rapat umum di Enggal dan kemudian di gedung DPRD Tanjung Karang untuk memutuskan dan menetapkan Dr. Badrun Munir sebagai residen Lampung dan Ismail sebagai wakil residen.

Mr. Abdul Abbas tidak begitu saja menyerahkan kekuasaannya. Ia mencoba mempertahankan posisinya dengan bantuan militer dan polisi.

Namun, upayanya gagal karena rakyat Lampung bersatu dan mendapat dukungan dari pejuang-pejuang kemerdekaan lainnya.

Baca Juga: Lada, Kekayaan Alam Lampung yang Bikin Belanda Kepincut Ingin Menguasainya